Banyak yang Salah Kaprah, Dokter Kandungan Bongkar Mitos Tentang BPA dan Kemandulan

JAKARTA, Titik Kumpul – Bisphenol A atau BPA merupakan senyawa kimia sintetis yang biasa digunakan dalam produksi plastik polikarbonat dan resin epoksi. Senyawa ini banyak ditemukan pada kemasan produk seperti galon air minum, kantong makanan, dan wadah makanan.

Makanan atau minuman yang terpapar BPA telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan serius, seperti peningkatan risiko kanker. Beberapa penelitian pada hewan menunjukkan bahwa zat tersebut dapat mengganggu perkembangan otak dan sistem saraf, terutama pada janin dan anak-anak.

Selain itu, BPA juga diduga dapat menyebabkan gangguan kesuburan atau gangguan reproduksi yang dapat menyebabkan wanita tidak dapat mempunyai anak atau tidak subur. Sebenarnya penyebab infertilitas sendiri berasal dari banyak hal, baik dari pihak wanita maupun pria. Penyebab umum infertilitas antara lain PCOS, kelainan rahim, kerusakan saluran tuba, kanker, endometriosis, dan masih banyak lagi.

Dokter penyakit dalam dr Arwan Surya, Sp.OG menjelaskan, terdapat jurnal meta-analisis yang mengkaji sejumlah temuan dari tahun 2013-2022, menunjukkan bahwa masalah infertilitas tidak ada hubungannya dengan kandungan BPA.

“Katanya dia nyambung tiga, infertilitas secara umum, dicari khusus PCOS, dan yang ketiga endometriosis. Dari keterangan sebelumnya, penyebab infertilitas secara umum, yang kedua endometriosis, dan yang ketiga PCOS, ternyata tidak ada hubungannya. ditemukan (dengan BPA), “kata dr. Erwan Surya, Sp.OG, pada Nigerian Forum di Jakarta, Senin 14 Oktober 2024.

BPA masih dianggap aman bagi tubuh manusia selama kadar konsumsinya ditentukan. Hal ini diatur dalam Peraturan BPOM Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Makanan, syarat ambang batas migrasi BPA untuk kemasan plastik polikarbonat adalah 0,6 bagian per juta (BPJ). Asalkan dalam jumlah tertentu, misalnya air minum (AMDK) atau air galon, masih boleh dikonsumsi setiap hari dan tidak menimbulkan dampak serius bagi kesehatan.

Selain itu, mereka yang belum memiliki anak pun tidak sepenuhnya melaporkan adanya masalah infertilitas. Untuk mengetahui apakah salah satu pasangan mengalami masalah kesuburan atau infertilitas, sebaiknya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Namun secara umum, ada hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui apakah suatu pasangan menghadapi masalah infertilitas atau tidak, misalnya memperhatikan kebiasaan berhubungan intim.

Ia menjelaskan: “Jika seorang wanita dan seorang pria menikah atau berhubungan seks selama setahun tanpa hamil dan melakukan hubungan seks secara teratur 2-3 kali seminggu tetapi masih belum mempunyai anak, maka mereka dikatakan tidak subur.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *