Menumbuhkan Minat Baca dan Membangkitkan Generasi Penenun di KBA Desa Sonraen

Sonraen, Titik Kumpul – Desa Sonraen merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Amarasi Selatan, Nusa Tenggara Timur. Lokasi desa terpencil ini berjarak dua jam perjalanan dari Kota Kupang, ibu kota Provinsi NTT.

Untuk mencapai Desa Sonraen, meski memakan waktu lama, tidaklah mudah dan penuh tantangan. Kondisi jalan yang tidak bagus dan harus melewati hutan, nampaknya masyarakat desa ini kurang memperhatikan pemerintah.

Tempat yang berjarak sekitar 38 kilometer dari Oelamasi, ibu kota Kabupaten Kupang ini rupanya menjadi rujukan Program Kampung Berseri Astra (KBA), sebuah program bantuan sosial berkelanjutan dari PT Astra Internasional Tbk.

“Program KBA sudah ada di Sonraen sejak tahun 2017, dan Sonraen menjadi satu-satunya lokasi terpilih di NTT,” kata Kepala Program KBA Sonraen Willmessden Nepa Bureni (27), dilansir Antara.

Program KBA hadir dengan motivasi untuk fokus pada empat pilar pembangunan di Sonaren, antara lain kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan dunia usaha.

Pendidikan merupakan salah satu prioritas KBA di Desa Sonraen. Kini, Taman Bacaan Nasional didirikan untuk menumbuhkan kecintaan membaca sejak dini.

Joseba Thai, lebih dikenal sebagai Mama Joseba, adalah Kepala Sekolah Menengah Negeri (SDN) Soraen. Menurutnya, salah satu perjuangan membangun masyarakat yang baik adalah dengan menciptakan minat belajar anak.

“Di Desa Sonraen, awalnya anak-anak tidak berminat belajar dan jumlahnya sedikit”. Hal tersebut diungkapkan Bunda Joseba seperti dikutip satu-indonesia.com.

Memang pada awalnya memang tidak mudah untuk menjadikan suatu kebiasaan, namun jika kita tidak mencobanya kita tidak akan mengetahuinya. Hal tersebut juga dirasakan oleh Ibu Joseba saat mulai membiasakan anak-anaknya untuk rajin belajar dan semangat belajar.

Generasi Tenun Tradisi menenun merupakan simbol budaya masyarakat Sonraen.

Menurut Willmessden, sebelum program KBA datang, menenun merupakan tradisi ibu-ibu di daerah tersebut.

Gaya hidup tersebut masih sejalan dengan tradisi kerajaan, tambahnya, yang membutuhkan perempuan yang bisa menenun.

“Dahulu, terkait dengan hal tersebut, salah satu syarat seorang perempuan untuk bisa menenun adalah wajib dalam undang-undang raja dan masih berlanjut hingga saat ini,” ujarnya.

Ia mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, penenun ikat di seluruh wilayah Kecamatan Amarasi hampir dipenuhi perempuan berusia 40-an.

Menurut Willmessden, perubahan zaman telah mengganggu pandangan generasi muda kaya di negara ini yang tidak memikirkan warisan dari orang tuanya.

“Itulah sebabnya kami membentuk kelompok tenun yang mempertemukan anak-anak muda,” tambahnya.

Ia mengatakan, dari 60 anggota kelompok yang terdaftar, lebih dari 20 diantaranya adalah perempuan muda di bawah usia 25 tahun, termasuk mereka yang berada di luar keanggotaan.

Koordinator Program KBA wilayah NTT, Frans Budi Sulistio mengatakan, manfaat ekonomi yang diterima anggota kelompok tenun yang membantu Program KBA Sonraen merupakan hasil akhirnya.

Selain itu, kata dia, pengembangan pilar usaha kantha ini menjadi panduan untuk melestarikan tradisi tenun kantha masyarakat Sonraen agar tidak hilang.

“Prioritas kami adalah menghidupkan kembali para penenun. Astra ingin tenun kantha menjadi budaya yang unik dan sangat dijunjung tinggi agar tidak musnah karena tidak bisa dilanjutkan oleh generasi mendatang,” kata Frans Sulistio yang juga Kepala Cabang Cabang Kupang. PT Federal International Finance, perusahaan pembiayaan PT Astra International Tbk.

Oleh karena itu, bantuan kelompok tenun ini menjadi sebuah ajang pemberi harapan yang dapat meningkatkan minat generasi muda Sonraen untuk belajar menenun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *