Kelas Menengah Tiongkok Dalam Kecemasan

Titik Kumpul – Kelas menengah Tiongkok menghadapi tantangan terberat selama bertahun-tahun untuk tetap termotivasi demi masa depan yang lebih baik. Kelas menengah Tiongkok, yang pernah menjadi inti kemakmuran Tiongkok, dengan cepat kehilangan kepercayaan dan menunggu reformasi besar-besaran di negara tersebut.

Gaji bulanan rata-rata di 38 kota besar Tiongkok turun menjadi 1,3% pada kuartal terakhir tahun 2023, menurut laporan China Job Recruitment Platform. Ini merupakan penurunan kuartalan terbesar sejak 2016.

Para analis menyerukan peningkatan signifikan dalam insentif bagi sektor swasta Tiongkok, yang dapat meningkatkan kepercayaan diri kelas menengah yang lemah.

Seperti diberitakan The Hong Kong Post pada Selasa, 2 April 2024, pemotongan gaji dan PHK kini menjadi hal biasa di lingkungan perkantoran Tiongkok. Perusahaan terpaksa memangkas jumlah karyawannya akibat depresi pasar saham dan terpuruknya sektor real estate di China.

Meski keadaannya tampak suram, terdapat tanda-tanda jelas bahwa tahun 2024 akan menjadi hari-hari yang lebih sulit bagi kelas menengah Tiongkok.

Berdasarkan survei terbaru terhadap kelas menengah Tiongkok, sekitar 40% dari mereka akan mengalami penurunan kekayaan minimal 10% pada tahun 2023. Hal ini mengikis kepercayaan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah sebelumnya sehingga semakin melemahkan perekonomian Tiongkok.

Ketika keluarga kelas menengah kesulitan mengatur keuangan mereka, mereka terpaksa menarik anak-anak mereka dari sekolah. Sekolah-sekolah internasional terkemuka di Tiongkok menghadapi kekurangan siswa karena orang tua kelas menengah yang dulu bersekolah kini menganggap pendidikan mahal.

Kepemilikan rumah, yang pernah dianggap sebagai simbol status kelas menengah dan tanda stabilitas keuangan, kini kehilangan daya tariknya karena nilai properti turun secara tak terduga. Mobil mewah di Tiongkok telah kehilangan nilainya karena kenaikan harga bahan bakar dan banyaknya mobil yang tidak terjual.

Pasar-pasar utama tidak dapat melepaskan stok barang-barang mewah mereka karena kelas menengah yang dulunya berkembang pesat kini mengurangi pengeluaran karena ketidakstabilan keuangan. Ini semua adalah tanda-tanda depresinya kelas menengah di Tiongkok yang berjumlah lebih dari 400 juta orang, yang mulai menyusut karena masalah kepercayaan yang serius terhadap kebijakan pemerintah.

Pasar properti Tiongkok berada pada titik terlemahnya, dan indeks saham CSI 300 Tiongkok telah kehilangan sekitar sepertiga nilainya, menjadikan perekonomian rentan. Hal ini telah melemahkan konsumen kelas menengah, mengurangi investasi sektor swasta dan tingginya pengangguran kaum muda.

Masyarakat Tiongkok menghabiskan lebih sedikit uang, menabung lebih banyak, dan menghindari investasi berisiko. Menurut bank sentral Tiongkok, tabungan rumah tangga Tiongkok mencapai puncaknya sebesar $19,83 triliun pada bulan Februari tahun ini, yang mencerminkan lemahnya kepercayaan konsumen selama beberapa dekade.

Setiap tahunnya, banyak orang yang keluar dari kategori kelas menengah karena kondisi keuangan yang buruk, sehingga mengakibatkan menyusutnya kelas menengah di Tiongkok. Laporan media harian Tiongkok menunjukkan bahwa meskipun dua pertiga dari kelas menengah Tiongkok termasuk dalam kategori pendapatan di bawah rata-rata, sebagian besar mendekati ambang batas karena banyak orang yang tidak termasuk dalam kategori kelas menengah, yang berdampak negatif pada perekonomian negara. .

Tingkat pengangguran Tiongkok tetap rendah yaitu sebesar 5,1% pada bulan Desember 2023, mencerminkan meluasnya setengah pengangguran di kelas menengah. Pada tahun 2021, lebih dari 200 juta orang, atau hampir sepertiga angkatan kerja Tiongkok, memiliki pekerjaan yang stabil dan bergaji tinggi.

Namun pada tahun 2023, banyak pekerja yang kehilangan pekerjaan, dipotong gajinya, atau tidak mendapat promosi. Pada kuartal terakhir tahun 2023, dibandingkan dengan tahun 2022, upah rata-rata di kota-kota besar Tiongkok turun sebesar 1,3%.

Banyak hal yang harus dilakukan Beijing untuk meringankan penderitaan keluarga kelas menengah dalam jangka panjang. Perubahan kebijakan besar yang memprioritaskan kesejahteraan warga negara, mendukung pekerja pedesaan dan migran, dan mengurangi perumahan umum adalah beberapa perubahan nyata yang diharapkan oleh kelas menengah dari lembaga-lembaga publik.

Selain pengelolaan pegawai sektor publik dan swasta yang lebih baik, pemerintah pusat harus memastikan pembayaran gaji tepat waktu untuk meningkatkan konsumsi dan belanja pemerintah.

Terakhir, jika Tiongkok ingin meningkatkan kelas menengahnya, Tiongkok harus meningkatkan tingkat lapangan kerja di negara tersebut. Beijing saat ini tidak menciptakan cukup lapangan kerja bagi kelas menengah, yang dapat dicapai dengan meluncurkan program pelatihan bagi lulusan baru, memperkenalkan peningkatan keterampilan bagi pekerja yang sudah ada, dan mendorong kewirausahaan di kalangan pengangguran.

Pemulihan perekonomian Tiongkok bergantung pada penguatan kelas menengah yang merupakan tulang punggung mereka. Inilah kunci kebangkitan Tiongkok, yang akan terjadi ketika kelas menengah memperoleh kesempatan yang sama dan rasa kesejahteraan bersama.

Baca artikel trending menarik lainnya di link ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *