Titik Kumpul – Pertempuran antara Iran dan Israel terus berlanjut, dan Teheran menegaskan akan mengambil tindakan balasan terhadap rezim Zionis Benjamin Netanyahu.
Serangan rudal dimulai setelah pasukan Iran mengebom wilayah Israel pada 1 Oktober 2024.
Tindakan Iran didasari oleh tewasnya Letjen Abbas Nilforoshan, wakil kepala operasi Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC), akibat serangan udara militer Israel di Beirut, Lebanon pada 27 Juli 2024.
Tentara Israel tak tinggal diam membalasnya dengan menyerang sarana dan prasarana Angkatan Bersenjata Iran (Artesh) pada 26 Oktober 2024.
Dilaporkan empat tentara Iran tewas dalam serangan itu. Sementara itu, beberapa situs militer mengalami kerusakan.
Sebelum penyerangan, Netanyahu memberikan pernyataan tegas terkait rencana menyerang Iran.
Saat itu, mantan perwira satuan elit patroli Matkal membenarkan Iran akan diserang menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat (AS), 5 November 2024.
“Reaksi Republik Islam Iran terhadap rezim Zionis pasti akan menyakitkan,” kata seorang pejabat senior Iran, yang identitasnya dirahasiakan, seperti dilansir Titik Kumpul Military Russia Today.
Brigadir Jenderal Ali Fadavi, wakil komandan Garda Revolusi, menekankan bahwa tindakan pembalasan terhadap Israel adalah kewajiban yang tidak dapat dinegosiasikan.
Fadavi mengatakan, selama empat dekade Iran sengaja tidak mengizinkan siapa pun bergerak bebas setelah menyerang negaranya.
“Selama lebih dari 40 tahun, kami tidak pernah membiarkan satu serangan pun tidak terbalas,” kata Faadawi seperti dikutip Titik Kumpul Al-Mayadeen Army.