Jakarta, Titik Kumpul – Perjuangan Tsania Marwa mendapatkan hak asuh anak mantan suaminya Atalarik Syah menjadi inspirasi tesis master yang ditulisnya. Tsania menceritakan kisah pribadinya dalam sebuah skripsi yang berhasil menggugah banyak orang.
Diketahui, usai bercerai, Tsania Marwa justru mendapat hak asuh anak. Namun hingga saat ini, ia belum bisa tinggal bersama kedua anaknya.
Berdasarkan pengalaman tersebut, Tsania menyelesaikan skripsinya dengan judul “Peran kecemasan akan perpisahan sebagai mediator dalam hubungan tekanan psikologis dengan insomnia pada orang tua yang tidak mendapatkan hak asuh atas anaknya akibat perceraian”.
Skripsi ini diselesaikan pada tanggal 6 September 2024 di Universiti Tarumanegara dan berkat kerja kerasnya, Tsania kini resmi menyandang gelar M.Psi., Psikologi.
Dalam penjelasannya, Tsania mengaku skripsi tersebut lahir dari pengalamannya sendiri, namun tetap mengedepankan objektivitas penelitian.
“Tidak dapat disangkal bahwa skripsi ini terinspirasi dari kisah hidup saya, namun dari hasilnya saya yakin datanya berbicara sendiri, karena saya menggunakan metode kuantitatif. Jadi, saya menggunakan SPSS untuk menghitungnya,” kata Tsania dalam sebuah wawancara. wawancara di YouTube TransTV.
Lebih lanjut Tsania menjelaskan, tiga variabel utama dalam penelitiannya adalah insomnia, kecemasan akan perpisahan, dan stres psikologis.
Menurutnya, insomnia merupakan gangguan tidur yang disebabkan oleh ketidakmampuan istirahat. Tekanan psikologis mencakup perasaan cemas, stres, dan depresi, sedangkan kecemasan akan perpisahan adalah kecemasan yang timbul karena rasa takut kehilangan atau ditinggalkan.
“Jadi tiga variabelnya adalah insomnia, perpisahan kecemasan, dan tekanan psikologis. Kalau insomnia itu gangguan tidur. Distres psikologis itu perasaan cemas, stres, dan depresi. Kecemasan perpisahan itu perasaan cemas karena ada rasa takut ditinggalkan,” Tsania menjelaskan.
Tsania pun menceritakan pengalamannya menghadapi ketiga variabel tersebut. Namun, ia berhasil melewati momen sulit tersebut dan kini memilih untuk jujur.
“Saya berada pada tahap itu. “Solusinya alhamdulillah bisa dibiarkan begitu saja dan jujur,” ujarnya.
Penelitian untuk tesisnya melibatkan partisipasi 107 orang, 80% di antaranya adalah perempuan. Hasilnya menunjukkan bahwa perpisahan orang tua dengan anak berdampak signifikan terhadap kesehatan mental.