Jakarta, Titik Kumpul – Stres menjadi masalah kesehatan yang semakin mendesak di zaman modern ini, terutama bagi para pekerja karena dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan dan menimbulkan gangguan kesehatan jangka panjang. Menanggapi stres, pekerja sering kali melakukan perilaku berisiko seperti merokok.
Produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik, kantong nikotin, dan produk tembakau yang dipanaskan, dapat menjadi pilihan bagi perokok untuk memperbaiki gaya hidupnya. Yuk simak terus artikel lengkapnya di bawah ini.
Direktur Kementerian Kesehatan Jiwa, Dr. Puspita Tri Utami, M.Si, M.KKK menjelaskan stres pada pekerja mempunyai dampak psikologis dan fisiologis. Secara psikologis, stres dapat memicu depresi, psikosomatik, bahkan masalah mental.
Sedangkan dari segi fisiologis, stres dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, mulai dari kardiovaskular, diabetes melitus, muskuloskeletal, sakit kepala, hingga gangguan imunitas.
“Kesehatan mental dan kesehatan fisik sangat erat kaitannya karena hormon kortisol dapat menyebabkan gangguan pada fisik sehingga kita perlu menjaga kesehatan mental,” kata dr. Puspita menjadi narasumber dalam diskusi Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (MASINDO) dengan topik “Membangun Kesadaran Risiko Kesehatan Mental” baru-baru ini yang disampaikan pada Selasa, 5 November 2024.
Dampak stres terhadap gangguan perilaku antara lain perubahan pola makan dan tidur, penurunan sosialisasi, dan kebiasaan merokok. Akibatnya kinerja pekerja menurun.
“Organisasi juga akan terkena dampaknya karena pekerja sering mangkir dari pekerjaan, turnover meningkat, konflik meningkat, dan kualitas hubungan antar manusia menurun. Akhirnya, biaya masalah kesehatan juga akan meningkat, karena angka kecelakaan semakin meningkat. ,” kata dr Puspita.
Dalam kesempatan yang sama, menurut psikolog Sukmayanti Rafisukmawan, M.Psi, dalam menghadapi stres diperlukan pendekatan yang mendalam selain pelatihan, agar para pekerja tidak melakukan kebiasaan berbahaya yang berhubungan dengan mekanisme seperti merokok.
“Jika berhenti segera tidak berhasil dan masih dipaksakan, maka akan menimbulkan ketidakseimbangan berupa rasa cemas berlebihan yang berujung pada berkurangnya konsentrasi, perubahan mood, dan kelemahan emosi. Pada akhirnya, besar kemungkinannya untuk kambuh,” katanya.
Bagi perokok dewasa yang merasa sulit untuk segera berhenti, mereka dapat menjadikan penurunan risiko sebagai prioritas dengan beralih ke produk tembakau alternatif.
“Mari kita buat rencana secara bertahap. Misalnya mengurangi kebiasaan merokok dengan menggunakan produk yang risikonya lebih rendah seperti produk tembakau alternatif dan sambil meminta saran tambahan dari psikolog. Intinya stabilkan,” jelasnya.
Dokter Spesialis Gizi Klinik, Dr. Andri Kelvianto, M. Gizi, Sp. GK, AIFO-K, juga berkorespondensi dengan Sukmayanti. Mengurangi kebiasaan buruk akibat stres harus dilakukan secara bertahap.
“Kalau soal emosional feeding, kita tahu hormon kortisolnya tinggi, jadi kita ingin reward berupa makanan manis untuk meningkatkan hormon dopamin. Jadi bisa beralih ke gula bebas kalori, karena apa yang diinginkan setelah makan yang bermanfaat. .makanan emosional rasa manis “Itu cara untuk mengurangi risiko,” katanya.
Pendekatan ini, lanjut Andri, juga bisa diterapkan untuk mengurangi risiko merokok.
“Kita mengganti penggunaan produk-produk yang sudah diteliti menjadi lebih kecil risikonya, jadi kita tidak menghilangkan beberapa kebutuhan yang bisa digunakan seseorang untuk mengurangi stres. Jadi seseorang tidak terlalu berat karena tidak terasa 180 derajat” Itu adalah pengurangan risiko bisa kita lakukan,” ujarnya.