Hasil Studi Ungkap Fakta Penyebab Utama Terhambatnya Pembelian Mobil Baru di Indonesia

Jakarta, Titik Kumpul – Situasi pasar otomotif khususnya penjualan kendaraan roda empat saat ini sedang kurang baik mengingat daya beli konsumen yang semakin menurun. Bahkan, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) merevisi target tersebut.

Target penjualan mobil nasional direvisi, yang semula 1,1 juta unit, kini menjadi hanya 850.000 unit pada 2024.

Selama 10 tahun terakhir, penjualan mobil domestik berkisar sekitar satu juta unit per tahun. Pada tahun 2023, penjualan kendaraan ritel mencapai 998.059 unit pada tahun ini, turun 1,5 persen dibandingkan 1.013.582 unit pada tahun 2022. 

Memasuki tahun 2024, penjualan ritel masih sebesar 657.223 unit untuk periode Januari-September. Iwan Setiawan, CEO MarkPlus Inc dan Marketeers, memaparkan hasil survei kondisi industri otomotif yang dilakukan sejak Agustus tahun lalu.

“Hubungan ekonomi yang menjadi kendala utama pembelian mobil baru di Indonesia cukup signifikan. “Penelitian kami menunjukkan bahwa 56% konsumen berpendapat harga mobil baru akan terus naik melebihi pendapatan mereka,” kata Iwan Setiawan, CEO MarkPlus, Inc. dan pakar pemasaran di Meja Bundar Industri Otomotif, Menavigasi Masa Depan Industri 4W. , Rabu, 06.11.2024.

Lebih lanjut, ditemukan bahwa 50% responden merasa pajak terlalu tinggi, sementara 37% menghadapi kesulitan dalam menentukan harga sewa, dan 26% lainnya lebih memilih mobil bekas dengan harga yang sama. 

“Hal ini menyoroti pentingnya meningkatkan keterjangkauan dan nilai pasar mobil baru untuk mendorong minat konsumen,” lanjutnya.

Ia juga mengatakan tantangan terbesarnya adalah kenaikan harga mobil baru yang tidak sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat. Serta kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang mempengaruhi niat beli masyarakat melalui pembiayaan kredit kendaraan. 

Pada tahun 2024, harga mobil baru akan meningkat sebesar 37 persen dibandingkan tahun 2014, sedangkan pendapatan rumah tangga hanya meningkat sebesar 28 persen pada periode yang sama. Akibatnya, harga mobil baru lebih tinggi dibandingkan rata-rata pendapatan tahunan rumah tangga, sehingga memberikan tekanan pada daya beli dan menyebabkan konsumen menjadi lebih pemilih dalam memilih kendaraan.

“Toyota mendominasi segmen hybrid dengan pangsa pasar yang sangat kuat mencapai 67 persen. Di segmen battery electric vehicle (BEV), Wuling menjadi pemimpin dengan pangsa pasar 47 persen. Hal ini menunjukkan dominasi Toyota di pasar hybrid dan konsumsi yang tinggi.” “Penerimaan Wuling di pasar EV mencerminkan tren menarik dalam preferensi konsumen Indonesia,” jelasnya.

Penyebab lainnya adalah pajak kendaraan yang disinyalir menaikkan harga dan semakin tidak terjangkau. Minat sewa juga nampaknya tinggi, mengingat sebagian besar penjualan kendaraan di Indonesia dilakukan melalui program kredit.

Di sisi lain, menjual mobil bekas kini juga menjadi salah satu alternatif. Faktanya, banyak konsumen yang menghargai dana yang ada untuk membeli mobil baru, namun konsumen bisa mendapatkan lebih banyak dengan membeli mobil bekas.

“Jual mobil bekas itu salah satu alternatif, jadi mobil bekas lebih bagus, tapi bisa diupgrade,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *