Titik Kumpul – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menemukan lebih dari 57% sekolah di Indonesia berisiko terkena beberapa jenis bencana.
Dikutip Antara, Rabu, 24 April 2024, Sekretaris Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Praptono mengatakan, ketika terjadi bencana maka dampaknya juga berdampak pada dunia pendidikan kita.
Terdapat lebih dari 500.000 sekolah di Indonesia, dengan total pendaftaran 60 juta orang, dan lebih dari 5 juta guru dan tenaga kependidikan yang bekerja di lebih dari 2,5 juta ruang kelas.
Praptono menjelaskan, sekitar 78 persen sekolah atau sekitar 413.000 sekolah terancam rusak akibat gempa. Selain itu, sekitar 38 persen atau 202 ribu sekolah terancam banjir, dan 9 persen atau sekitar 49 ribu sekolah terancam longsor.
Selain itu, bencana seperti tsunami mengancam sekitar 1,5 persen atau 8.000 sekolah, letusan gunung berapi 1,5 persen atau 8.000 sekolah, dan banjir 3,5 persen atau 17.000 sekolah.
Praptono juga mencatat, dalam 15 tahun terakhir, sebanyak 15.356 sekolah rusak akibat bencana alam dan sekitar 50.000 sekolah rusak akibat asap kebakaran hutan dan lahan, namun hal tersebut tidak merusak sarana dan prasarana.
Dampak bencana alam terhadap sekolah antara lain rusaknya gedung sekolah, terganggunya transportasi, mengungsinya populasi sekolah, rusaknya peralatan pendidikan, serta ketakutan siswa dan orang tua kembali bersekolah.
Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (NMPDP) 2020-2024 telah berkomitmen untuk menciptakan budaya sadar bencana alam di kalangan warga sekolah.
“Kita perlu bekerja sama dengan berbagai mitra untuk fokus membangun budaya kesadaran tentang Favakt,” kata Praptono.
Pangarso Suryo Utomo, Direktur Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menambahkan upaya mitigasi dalam konteks sekolah meliputi analisis risiko bencana, perencanaan mitigasi bencana, serta pendidikan, pelatihan dan simulasi.
Harapannya, sekolah dapat mengidentifikasi ancaman dan melakukan persiapan sebelum bencana terjadi, kata Pangarso. Baca artikel edukasi menarik lainnya di link ini.