JAKARTA, Titik Kumpul – Potensi yang dimiliki anak dapat dikembangkan melalui pendidikan formal maupun informal. Ketika anak-anak dianggap memiliki potensi lebih besar pada bidang atau soft skill tertentu, tentu mereka membutuhkan dukungan dari orang-orang disekitarnya.
Di sekolah pun, anak diharapkan mengikuti petunjuk guru dan kurikulum. Padahal banyak hal yang bisa digali lebih dalam dan diterapkan dalam pembelajaran di sekolah. Untuk itu, anak hendaknya didorong secara aktif untuk mengemukakan pendapatnya agar menjadi lebih kritis dalam berpikir. Gulir ke bawah untuk mengetahui detail lengkapnya!
“Yang penting bagaimana sekolah memperlakukan anak-anak. Kalau kita bekerja sama dengan sekolah lain, kita memberi contoh kepada anak-anak. Mulailah dengan mengajar anak-anak. Metode pembelajaran di Kupang digunakan untuk mengajarkan pelajaran kepada guru. Tapi harus interaktif formulirnya, agar anak-anak terbiasa mencari informasi, misalnya presentasi,” kata Victoriana Inabui, Kepala Sekolah Abdi Kasih Bangsa, saat membuka TK Puyo Peduli dan Sutra di Jakarta, Sabtu, 2 November. 2024 pada upacara tersebut.
Sayangnya masih banyak orang tua yang belum memahami betapa pentingnya mengembangkan potensi anak sejak dini. Tak sedikit pula yang menyekolahkan anaknya sepenuhnya ke sekolah. Padahal, peran orang tua juga sangat diperlukan dalam hal ini.
Orang tua merupakan guru pertama bagi anak karena sebagian besar waktunya dihabiskan di rumah. Guru sekolah tidak hanya memberikan pendidikan terbaik kepada anak, orang tua juga dituntut untuk menafkahi keluarga.
Dimulai dari hal kecil seperti melibatkan anak dalam pengambilan keputusan, orang tua dapat mengembangkan cara berpikir anak menjadi lebih kritis dan luas.
“Orang tua menghabiskan lebih banyak waktu berinteraksi dengan anak-anak mereka daripada guru. Jadi pendidikan dimulai dengan menghargai anak-anak dalam keluarga. Artinya, orang tua bahkan tidak memikirkan orang tuanya ketika ingin membeli mobil. “Kenapa anak-anaknya tidak diundang juga?” jelasnya. .
“Dalam sebuah keluarga, banyak sekali keputusan yang harus diambil oleh keduanya, seperti mau jalan-jalan ke mana, bukan sekadar mengajak anak, mari kita pikirkan. Hal seperti ini membuat anak merasa mempunyai sudut pandang yang penting. “Dia memiliki cara berpikir yang kreatif, dan dia bahkan dapat menemukan informasi yang ingin dia tuju.”
Melalui kampanye Puyo Peduli 2024, seluruh masyarakat Indonesia diajak untuk berpartisipasi dalam pembangunan Sekolah Abdi Kasih Bangsa di Nusa Tenggara Timur (NTT).