JAKARTA, Titik Kumpul – Mengunggah foto ke media sosial merupakan hal yang lumrah dilakukan masyarakat. Konten yang diunggah ada yang berasal dari liburan di dalam maupun luar negeri. Atau sangat lumrah jika kita berpegang pada kehidupan pribadi, seperti meraih prestasi atau mampu membeli barang-barang yang diinginkan.
Namun sayangnya tidak sedikit dari follower kami yang mengomentari Julie. Ada pula yang tak segan-segan melontarkan komentar yang menyakitkan hati. Jadi kenapa? Gulir ke depan, bukan?
Dalam hal ini, Ustaaz Hanan berbicara agresif. Ia menjelaskan, orang yang mengkritik orang yang rutin memposting kehidupannya di media sosial adalah orang yang iri.
“Kenapa orang sedikit marah pada orang yang memposting tentang hidup bahagianya di media sosial? Apa alasannya? Karena iri melihat orang lain bahagia,” kata Ustaz Hanan Attaki dalam video klip yang diunggah @lambegosiip tersebut.
Ustaz menambahkan, jika kita tidak merasa iri dengan unggahan orang lain, kita tidak akan berkomentar positif terhadap unggahan tersebut. Lagipula dia tidak ada, kita tidak rugi apa-apa jika orang lain memposting foto bahagia di media sosial.
“Nggak apa-apa kalau nggak iri. Kalau dia posting tentang hidup bahagianya, apa salahnya kita? Kalau kita tidak iri ya,” ucapnya.
Katanya, ketika melihat postingan kehidupan pribadi seseorang yang bahagia, hendaknya itu menjadi inspirasi bagi diri sendiri dan mengikuti jejak kesuksesan orang tersebut.
“Kalau saya pribadi kalau lihat ada yang posting tentang sesuatu yang tidak ada, itu harusnya jadi motivasi buat saya. “Oh, dia bisa, saya harusnya bisa” dan bukan “apa itu”. jadilah seorang wanita.” .
Ustaz Hanan Attaki juga menjelaskannya dengan lebih bijak ketika kita menyikapi kisah sukses seseorang. Kita bisa mengetahui bagaimana orang tersebut menjadi sukses dan mengikutinya.
Dia berkata: “Oh, dia sangat bagus, dia bisa melakukannya. Dia harus berlatih, dia harus pintar, dia harus rajin. Saya juga ingin berlatih. Akhirnya, kita akan mendapatkan pengalaman seseorang. Siapa yang semakin gila kaya.”
“Oh misalnya amalan anak kepada ibunya suka sedekah, aduh alangkah nikmatnya hari membantu ratusan anak yatim piatu. Akhirnya kita punya motivasi, kalau tidak iri, tapi kalau iri apakah akan menyakiti dirinya sendiri melihat Kami sendiri yang sakit, jangan khawatir, kami tidak berperilaku seperti itu di luar.