Jakarta, Titik Kumpul – Banyak orang yang menganggap pernikahan sebagai fase kehidupan yang romantis dan membahagiakan, namun bagi aktris sekaligus penyanyi Prilly Latuconsina, pernikahan bukanlah hal yang mudah. Di usianya yang sudah menginjak 28 tahun, pernikahan bagi Prilly merupakan sebuah komitmen yang memerlukan persiapan dari beberapa aspek.
“Perkawinan tidak hanya mempertemukan kepala dalam satu atap, selain menyatukan anak perempuan dan laki-laki. Pernikahan itu tidak mudah sama sekali, pernikahan memerlukan kesiapan fisik, kesiapan mental, kesiapan ekonomi, kesiapan mental,” kata Prilly.
Pernyataan Prilly menunjukkan betapa besarnya tanggung jawab dalam pernikahan. Ia menegaskan, kesiapan fisik, mental, dan ekonomi sangat penting, karena semua itu akan mempengaruhi kualitas hubungan. Pernikahan bukan hanya soal bahagia bersama, tapi juga menghadapi tantangan bersama, baik secara emosional maupun finansial. Prilly ingin semua orang memahami bahwa pernikahan adalah langkah besar yang membutuhkan persiapan matang.
Menikah tanpa tergesa-gesa
Prilly pun memberikan pesan yang sangat relevan bagi generasi muda yang kerap merasa tertekan untuk menikah di usia tertentu. Menurutnya, mencari pasangan yang tepat jauh lebih penting dibandingkan menikah hanya karena usia atau tekanan sosial.
“Kalau belum menemukan orang yang tepat, mau berapa pun usianya, jangan menikah,” jelasnya. Masyarakat sering kali menganggap bahwa menikah di usia muda merupakan salah satu tanda keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat.
Namun Prilly mengingatkan, menikah tanpa persiapan yang matang atau tanpa menemukan pasangan yang benar-benar cocok bisa berdampak buruk pada kehidupan seseorang.
Sebagai publik figur, Prilly memahami banyak penggemarnya yang memandang dirinya sebagai panutan. Pesan ini sangat relevan bagi mereka yang sedang memikirkan pernikahan, namun belum menemukan orang yang tepat. Tidak perlu terburu-buru karena setiap orang menjalani perjalanan hidup yang berbeda-beda.
Jangan menikah hanya karena tekanan sosial
Selain itu, Prilly juga menyoroti fenomena tekanan sosial yang kerap memaksa masyarakat untuk menikah. Menurutnya, pernikahan yang berada dalam tekanan hanya akan menimbulkan masalah di kemudian hari.
“Jangan mau menikah karena tekanan, menikahlah karena siap. Dalam pernikahan kita harus tumbuh bersama, jadi jangan merasa tertekan,” kata Prilly.
Tekanan sosial bisa datang dari keluarga, teman atau bahkan media sosial. Banyak orang yang merasa tertekan saat melihat temannya menikah atau mempunyai anak, sehingga tergoda untuk segera mengikuti langkah tersebut.
Namun Prilly mengingatkan, pernikahan yang didasari kesiapsiagaan akan semakin kuat dan mampu mengatasi segala tantangan. Siap dalam berumah tangga juga berarti bersedia bertumbuh bersama pasangan, berbagi impian, dan saling mendukung dalam situasi apa pun.
Menariknya, Prilly juga menekankan pentingnya memperbaiki diri sebelum mencari pasangan hidup. Ia percaya bahwa jodoh adalah cerminan diri sendiri, sehingga kualitas diri yang baik akan menarik pasangan yang baik.
“Kalau mau cari orang baik, harus jadi orang baik dulu. “Karena jodoh kita adalah cerminan diri kita sendiri,” kata Prilly.
Pernikahan bukan sekedar tentang bahagia dulu, tapi tentang komitmen untuk selalu bersama dalam situasi baik dan buruk. “Dalam pernikahan kita harus tumbuh bersama,” tegasnya.