Padahal Batik Sudah Diakui UNESCO, Sayangnya Pengrajinnya Terus Berkurang

Cirebon, Titik Kumpul – Batik, bukti nyata perjalanan panjang keberagaman budaya Indonesia, telah diakui UNESCO sejak tahun 2009. 

Meski popularitasnya semakin mendunia, kenyataannya pengusaha dan perajin batik menghadapi berbagai tantangan dalam mempertahankannya. Gulir untuk mengetahui lebih lanjut!

Alexandra Arri Kahyani, SH., MPP., Direktur Departemen Industri Aneka Kimia, Garmen dan Kerajinan Kementerian Perindustrian RI mengatakan, keberlanjutan batik erat kaitannya dengan perkembangan industri batik. , yang juga mendukung perekonomian negara.

“Industri batik menjadi salah satu prioritas pengembangan karena kontribusinya yang signifikan terhadap semakin intensifnya pertumbuhan industri yang semakin maju dan kuat berkat penyerapan tenaga kerja yang didominasi oleh usaha kecil dan menengah (IKM),” kata Oleksandra. . Pernyataannya dikutip pada Sabtu 16 November 2024.

Komarudin Kudia S.I.P., MD, Ketua Umum Persatuan Pengusaha dan Perajin Batik Indonesia menjelaskan, Sirebon Mega Mendung merupakan salah satu kota budaya pelestari batik yang terkenal dengan keindahan corak batiknya. 

“Di Cirebon, jumlah pengusaha dan perajin Batik Cirebon mengalami penurunan sekitar 30-35 persen. “Hal ini tentunya sebanding dengan penurunan omzet yang cukup signifikan pada tahun 2019-2024, yaitu sekitar 40 persen dibandingkan keadaan sebelumnya,” ujarnya. .

Menyadari hal tersebut, Krisma Fitriasari, Head of Corporate Communications and Government Relations Mondelez Indonesia, memperkenalkan Oreo Sharing sebagai bentuk komitmen berkelanjutan untuk berkontribusi kepada masyarakat. 

Karya ini telah memberikan dampak nyata bagi lebih dari 1.400 perajin dan pengusaha batik di Cirebon, yang salah satu motifnya digunakan pada batik Oreo.

“Kami juga menyerukan partisipasi aktif dalam mendukung kemajuan para perajin dan pengusaha batik yang merupakan salah satu pionir pelestarian batik agar batik Indonesia tetap lestari dan terus berkembang secara industri,” ujarnya.

“Oreo Sharing merupakan bagian dari upaya kami merayakan keindahan dan keberagaman budaya Indonesia yang sebelumnya telah kami tampilkan melalui Oreo dengan motif tradisional,” tambah Krisma.

Program pertukaran Oreo kali ini menggandeng Asosiasi Pengusaha dan Pengrajin Batik Indonesia (APPBI). Acara ini dinilai berhasil menjangkau seluruh masyarakat UKM Batik Cirebon binaan APPBI, lebih dari 1400 pengusaha dan perajin Batik yang tersebar di 8 desa. 

Sumbangan yang diberikan berupa peralatan membatik untuk perajin dan peralatan membatik untuk produktivitas dan pengelolaan limbah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *