Jakarta – Ramalan Jayabaya atau yang akrab disapa Prabu Sri Aji Jayabaya memang menyita perhatian karena beberapa peristiwa di era modern ini seolah terjadi bersamaan bahkan banyak yang terjadi sesuai prediksinya ratusan tahun lalu.
Jayabaya, raja yang terkenal dengan rangkaian ramalannya, bergelar lengkap Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa, dan memerintah Kerajaan Kediri pada tahun 1135 hingga 1159.
Beberapa prediksi Jayabaya sepertinya mencerminkan keadaan saat ini. Misalnya prediksi mengenai kesulitan ekonomi dan persaingan mencari nafkah yang semakin ketat di masyarakat yang semakin modern dan kompleks.
Begitu pula dengan ramalannya tentang akan datangnya era penuh bencana di nusantara. Prediksi tersebut sepertinya bertepatan dengan seringnya terjadi bencana alam di Indonesia, seperti gempa bumi, tanah longsor, banjir, dan lain-lain.
Selain itu, Jayabaya juga memperkirakan akan terjadi peningkatan kecurangan dan ketidaksetiaan di kalangan masyarakat, serta peningkatan kemerosotan moral dan etika. Prediksi lain seperti anak yang berani melawan orang tuanya dapat diartikan dalam konteks gejolak politik atau sosial di mana generasi muda menantang otoritas yang sudah mapan.
Perilaku asusila di kalangan perempuan juga tampaknya ada kaitannya dengan ramalan Jayabaya, dimana terjadinya perilaku asusila dianggap sebagai implementasi dari ramalan tersebut. Demikian pula, penerimaan terhadap perilaku yang sebelumnya dianggap tabu atau tidak etis tampaknya semakin meningkat, sejalan dengan ramalan dari rumah amoralitas yang termasyhur.
Ketimpangan sosial dan kemiskinan yang masih menjadi permasalahan di Indonesia juga tercermin dari prediksi Jayabaya yang menyebutkan banyak masyarakat yang telanjang dan kelaparan.
Selain itu, peningkatan perdagangan barang ilegal atau terlarang, serta perubahan iklim dan pola cuaca yang tidak menentu dapat menjadi penjelasan mengenai prakiraan periode hujan akan turun pada waktu yang salah.
Terakhir, ramalan Jayabaya mengenai kereta tanpa kuda, pesawat terbang, rel kereta api, dan hilangnya pasar juga menimbulkan keraguan, meski bisa diartikan sebagai perkembangan teknologi dan perubahan sosial yang penting.
Penting untuk diingat bahwa meskipun beberapa peristiwa tampaknya sejalan dengan ramalan Jayabaya, penafsiran atas ramalan tersebut mungkin berbeda-beda dan beberapa di antaranya mungkin hanya kebetulan belaka.
Wallahualam bissawab