Ungkap Rasa Perih Kehilangan Dante, Tamara Tyasmara: Aku Hampir Loncat dari Lantai Dua

Jakarta, Titik Kumpul – Tamara Tyasmara, ibu dari Raden Andante Khalif Pramudityo alias Dante yang meninggal secara tragis pada Januari 2024 kembali angkat bicara soal pembunuhan putranya. Dalam podcast bersama Danny Sumargo di channel YouTube CURHAT BANG, Tamara bercerita tentang kesedihan dan keputusasaannya pasca meninggalnya Dante.

Tamara yang buka-bukaan soal meninggalnya Dante mengatakan, meski berusaha tegar dan sabar, kesedihan dan kehilangan yang ia rasakan sudah lama ia rasakan.

“Akhir-akhir ini aku depresi berat. Kemarin setelah nonton serial TV, aku sedih, kehilangan diriku sendiri,” kata Tamara. Mari kita terus menganalisis keseluruhan cerita di bawah ini.

Ia menjelaskan, dulu ia terganggu oleh pikiran-pikiran kehilangan akal karena sibuk melukis dan meneliti.

“Penggeledahannya sangat intens dan lama sekali, setiap hari dia lapor ke polisi. Lalu ada rekamannya, dan akhirnya sibuk berangkat pagi dan pulang cepat,” imbuhnya.

Menurut Tamara, dampak terbesar dari keadaannya adalah setelah persidangan dan penyelidikan yang panjang. Saat itu, perasaan putus asa mulai datang, bahkan mengganggu pikirannya.

Setelah berkonsultasi dengan psikolog, Tamara mengumumkan bahwa dirinya mulai mendapat perawatan dari psikiater.

Tamara mengatakan dia sangat gugup. Faktanya, dia sangat kesepian dan terkadang kehilangan dirinya sendiri.

“Saya sangat buruk di rumah. Ketika saya ingat Dante, saya langsung menjadi lebih buruk,” kata Tamara. Bahkan, ia mengaku memutuskan bunuh diri demi mencari putranya.

“Saya mau lompat dari lantai dua. Saya kira persingkat saja, saya mau gabung saja dengan Dante,” jelasnya.

Saat ini, Tamara sedang putus asa dan khawatir dengan kesedihan yang mengganggunya. Untungnya, asisten Tamara segera mengenali penyakitnya dan berusaha membantunya agar tidak sendirian.

“Kalau aku sendirian di rumah, aku merasa sangat tidak enak, asistenku tahu. Aku akhirnya menginap di hotel selama seminggu,” ujarnya.

Tamara juga menjelaskan bahwa dirinya sering menemani teman-temannya agar tidak kesepian dan tenggelam.

Kemudian Tamara menceritakan kejadian-kejadian menyenangkan yang diingatnya bersama Dante, yang sebagian besar terjadi di rumah.

“Apalagi yang aku ingat di rumah adalah kenangan yang tidak akan pernah aku lupakan,” ucap Tamara sambil menangis. Namun ketika dia kembali ke rumah, kenangan itu sangat membebani dirinya.

Karena itulah, dia memutuskan untuk menginap di hotel tersebut selama seminggu.

Di saat yang sama, Tamara juga mengungkapkan awalnya ia memutuskan untuk tidak mengetahui soal Yudha Arfandi yang dituding sebagai penyebab kematian Dante. Tamara menjelaskan, hal itu terjadi setelah polisi memberitahunya.

Saya setuju dengan pihak kepolisian, saya belum bisa mengungkapkannya, karena mereka meminta untuk tidak disebutkan namanya sampai dibebaskan oleh pemerintah,” kata Tamara.

Usai Yudha Arfandi diduga selingkuh dengan Tamara, kasusnya kian memanas.

Yudha kini dituduh berencana membunuh Dante yang tenggelam di kolam renang di Duren Savit, Jakarta Timur pada 27 Januari 2024.

Pembunuhan ini terjadi di tengah hubungan Yudha dan Tamara yang tidak sehat.

Pada 4 November 2024, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur memvonis Yudha Arfandi 20 tahun penjara karena pembunuhan.

Putusan ini lebih ringan dibandingkan putusan Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang semula meminta eksekusi terhadap Yudhan berdasarkan Pasal 340 KUHP karena pembunuhan berencana.

Meski publik mengkritik keputusan awal Tamara yang menyembunyikan nama Yudha, ibu Dante menegaskan tindakannya bukan untuk melindungi pelaku, melainkan untuk mengikuti proses hukum.

Dalam podcast bersama Danny Sumargo, Tamara pun mengungkap betapa sulitnya ia meninggalkan hubungan beracunnya dengan Yudha, meski ia mengetahui pelecehan yang terjadi.

“Saya sudah tahu hubungan ini beracun, tapi saya masih terjebak,” ujarnya.

Tamara menjelaskan, meski Yudha sering bersikap kasar, namun terkadang ia merasa Yudha adalah orang yang berbeda dari orang baik, sehingga ia tidak bisa berhenti.

Hubungan yang penuh pasang surut dan seringnya putus berujung pada bencana. Tamara mengakui, jika tidak terjadi apa-apa, kemungkinan besar hubungan itu akan terus berlanjut.

Terkadang saya meminta untuk pergi, terkadang dia melakukannya. Tapi pada akhirnya, sampai hal ini terjadi, kami berkumpul lagi,” tambah Tamara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *