Bali, Titik Kumpul – Selain tradisi budaya dan destinasi wisata yang mampu memukau wisatawan, Pulau Dewata juga memiliki beberapa kuliner khas yang tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional dalam penyajiannya, seperti penggunaan bahan dasar daun.
Nasi Tekor merupakan salah satu kuliner khas Bali yang masih mempertahankan penyajian tradisionalnya. Tekor sendiri dalam bahasa Bali berarti alas makan yang terbuat dari daun pisang. Bentuknya kuncup segitiga.
Pemilihan daun pisang sebagai tatakan atau piring juga memiliki banyak fungsi. Daun pisang dapat mencegah kuah mengental. Selain itu, ada penelitian yang menyebutkan daun pisang bersifat anti mikroba.
Didirikan oleh Pande Nyoman Darta (kakek Tékor), resep autentik ini telah disajikan di Desa Kertalangu sejak tahun 2015. Komitmen Nasi Tekor dalam melestarikan kuliner khas Bali menjadi akar dibangunnya Bali Living Museum sebagai wahana interaksi, edukasi, budaya dan seni. . .
Pekak (kakek) Tekor, pedagang nasi tekor, mengatakan isi satu porsi sudah lengkap. Nasi tekor berbahan dasar kuah Pekak Tekor ini berisi berbagai macam olahan ayam, yaitu ayam area atau sayur dari rebung muda, sate ayam, sayur ayam, telur ayam, dan serapo ayam atau lauk ayam setengah lembab.
“Semuanya seragam, saya pilih semuanya dari ayam, mulai dari telur, daging, dan kulit ayam. Tapi cara pengolahannya berbeda, seperti sate ayam lilit dan ayam area sayur,” kata Pekak Tekor di Tabanan pada Subak Spirit Festival, Minggu, 10 November 2024.
Menyajikan nasi tekor khas dengan alas daun pisang tradisional, Pekak Tekor mengaku berani tampil beda. Padahal, pelanggan daun pisangnya banyak.
“Karena rata-rata mereka menyukai makanan tradisional seperti itu,” kata Pekak Tekor.
Selain itu, Tekor konon mengandung filosofi yang sarat makna dan nilai dari ajaran yang diturunkan oleh para leluhur. Alas meja daun pisang berbentuk segitiga yang melambangkan rahim wanita.
“Kalau sampai sana, bungkusnya dibuang, jangan dibawa pulang. Itu melambangkan rahim ibu, di situlah kita dilahirkan. Makanya dulu kalau kita bawa makanan ke rumah, nenek marah-marah,” ujarnya. . Pekak Tekor
Filosofi yang sama juga terlihat pada sajian kuliner yang dibanderol Rp 25 ribu per porsi ini. Olahan yang ada melambangkan panca indera manusia antara lain wanginya harum, enak dipandang, rasanya enak di lidah dan renyah.
Selama 10 tahun terakhir, Pekak Tekor telah membuka warung nasi tekor di Desa Budaya Kertalangu, Denpasar.
“Setiap hari kami buka warung di Desa Budaya Kertalangu, bukan restoran, bukan kafe, bukan warung, tapi menjual nasi,” kata Pekak Tekor.
Mengawali Festival Subak Spirit di Jatiluwih, Sabtu, 9 November 2024, Nasi Tekor pun menggoda selera Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesh dan istrinya. Mereka menikmati sensasi menyantap seporsi nasi di pinggir sawah.