Khawatirkan Kecanggihan AI untuk Script Film, Dian Sastrowardoyo: Kalau Ada ChatGPT, Buat Apa Nominasi FFI?

Titik Kumpul, Jakarta – Upacara penghargaan Festival Film Indonesia (FFI) yang baru saja digelar menimbulkan pertanyaan penting mengenai peran kecerdasan buatan (AI) dalam bidang penulisan skenario. Argumen ini mengemuka saat membahas kategori Penulis Novel Terbaik.

Seperti yang dijelaskan aktris Dian Sastrowardoyo, penulis saat ini cenderung mengandalkan AI, terutama teknologi seperti ChatGPT, untuk menghasilkan ide cerita. Teknologi ini memungkinkan manusia memperoleh naskah dan cerita secara instan hanya dengan memberikan deskripsi cerita. Namun, hal ini justru berisiko melemahkan proses kreatif yang seharusnya dihasilkan oleh pikiran dan emosi manusia.

“Saat kami umumkan nominasi dan pemenang Penulis Novel Terbaik, nominasinya adalah Sekhar Ayu Asmara. Ini menjadi poin penting bagi penulis hari ini untuk mengganti apa yang biasa kami hasilkan dengan yang seperti AI dan ChatGPT untuk digunakan dan dihasilkan.Mendapatkan petunjuk dari otak secara alami dengan tangan sangatlah mudah untuk memberikan petunjuk secara langsung.”Selasa, 26 November 2024 Women in Innovation diadakan di Jakarta pada Dian Sastrowardoyo menjelaskan pada acara Demo Day 2024.

“Kami semacam menghentikan proses kreatif. Kalau kita punya ChatGPT, kenapa masuk nominasi FFI?”

Sebagai pegiat seni senior di industri hiburan tanah air, khususnya industri perfilman, Dian Sastrowardoyo sangat prihatin dengan dampak kemajuan teknologi terhadap proses penulisan naskah. Ia yakin jika penulis masa kini terlalu terobsesi dengan penggunaan teknologi, kreativitasnya akan berkurang. Oleh karena itu, sebagian besar karya tidak tercipta secara alami melalui pikiran, melainkan di bawah pengaruh kecerdasan buatan.

“Pada akhirnya, kami memberikan penghargaan kepada naskah yang menggerakkan orang dan berhasil menunjukkan pentingnya melihat kesalahan tertentu dalam film yang bagus. Kami mengubah paradigma film yang sangat bagus,” katanya.

Dian Satrowardoyo meyakini teknologi canggih seperti kecerdasan buatan benar-benar dapat membantu manusia dalam menjalankan tugas dan aktivitas sehari-hari. Namun hal itu tidak boleh menghilangkan kreativitas Anda dalam menghasilkan ide dan menuangkannya dalam bentuk naskah film.

“Secara umum, jika Anda memiliki naskah atau skenario yang sangat bagus, Anda bisa membuat film yang bagus. Tapi skenario yang bagus tidak diciptakan oleh kecerdasan buatan,” kata Dekan Sastrobadoyo.

“Pada akhirnya, kami harus kembali bekerja seperti ini. Untuk memenangkan penghargaan, kami sebagai profesional HR harus menggali lebih dalam diri kami dan melakukan hal-hal yang belum pernah kami lakukan sebelumnya. “Kami harus kembali bekerja untuk menunjukkan bahwa kami bersedia untuk diproduksi,” tambahnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *