JAKARTA, Titik Kumpul – Mantan Panglima ABRI (Pangab) Jenderal (Purn) Andy Mohamad Yusuf Amir dituding ingin menggantikan Soeharto sebagai presiden Indonesia.
Informasi yang diberikan jaringan intelijen Soeharto menunjukkan bahwa Yusuf ingin mengerahkan kekuatan dalam negeri untuk menjadi presiden.
Permasalahan muncul karena Yusuf sering mengunjungi barak tentara dan mengurus kesejahteraan serta perlengkapan prajurit.
Rumor pun mulai berkembang mengenai keinginan Yusuf menggantikan Soeharto. Faktanya, praktik mempromosikan prajurit berprestasi secara langsung ke dinas lapangan diklaim telah mendapatkan popularitas.
Ketika masalah ini muncul, suatu malam Soeharto memanggil beberapa menteri ke pusat kota untuk membahas masalah-masalah negara.
Yusuf, Amir Mahmood, Asisten Deputi Pertahanan dan Keamanan, Letjen LB Mordani, dan Menteri Luar Negeri Letjen Sudaranmo hadir pada saat itu.
Dalam pertemuan tersebut, Menteri Dalam Negeri Amir Mahmoud yang merupakan teman dekat Yusuf justru mempertanyakan popularitas Yusuf yang kian pesat hingga nyaris menyaingi Soeharto.
Amir Mahmuddin juga tidak setuju dengan ambisi politik Yusuf yang disinyalir ingin menggantikan Presiden Soeharto.
Mendengar keluhan tersebut, Jenderal Yusuf tiba-tiba memukul meja dengan tangannya.
“Berbohong!” “Itu tidak benar sama sekali!”
Saya diminta menjadi panglima tentara atas perintah Presiden. Saya orang Bugis! Jadi saya tidak tahu apa arti persatuan dalam bahasa jawa. Tapi saya mengikuti perintah itu sebaik mungkin tanpa ada niat apapun! – dia melanjutkan.
Suasana tiba-tiba menjadi sunyi. Semua orang hadir, termasuk Presiden Soeharto. Selang beberapa waktu, Soeharto mengakhiri pertemuan tersebut. Semua orang keluar ruangan kecuali Yusuf.
“Pak Yusuf, kita bicarakan hal lain,” kata Sooharto sambil mengajak Yusuf pergi.
Sejak kejadian itu, Yusuf tidak pernah terlihat lagi menghadiri rapat kabinet. Ia selalu mengutus wakilnya, Laksamana Sudomo. Meski Suhartu tampak menghormati Yusuf, tidak banyak yang bisa ia lakukan ketika Yusuf memecat jenderal pilihannya.
Singkatnya, pada bulan Januari 1983, Soeharto memberi tahu Joseph bahwa status Pangaba-nya akan berakhir pada bulan April. Jussuf menggantikan Benjamin Mordany (Benny Mordany) di Leonards. Soeharto menawarkan Yusuf untuk tetap berada di pemerintahan sebagai Menteri Pertahanan, namun tawaran tersebut ditolak.
Yusuf akhirnya menjabat sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPAK). Suatu malam ia ingin bertemu dengan Soeharto, namun penasihat presiden, Kolonel Wiranto, menghalanginya dan menunda pertemuan tersebut ke lain waktu karena presiden ada agenda dengan Panglima malam itu. Angkatan Darat dan Kepala Staf
Kata Yusuf Wiranta, sampaikan pada presidenmu kalau Pak Yusuf mau tampil malam ini.
Mendapat laporan tersebut, Soeharto langsung mempersilakan Yusuf masuk.
Katanya, kalau Pak Yusuf menanyakan hal itu, tentu penting. Tunggu Panglima setelah pertemuan saya dengan Pak Yusuf, kata Soeharto.