Penyesalan Abidzar Al Ghifari Atas Meninggalnya Uje, Merasa Bersalah karena Hal Ini

Jakarta, Titik Kumpul: Abidzar Al Ghifari rupanya masih menyesal meninggalkan ayahnya Ustadz Jefri Al Buchori untuk selama-lamanya. Sebagai anak yang sangat dekat dengan ayahnya, Abidzar mengaku menyalahkan dirinya sendiri karena tidak mampu mencegah kematian ayahnya dalam kecelakaan pada April 2013.

“Di usia 12 tahun, saya menyalahkan diri sendiri atas kematian ayah saya,” kata Abidzar Al Ghifari mengutip video YouTube Deddy Corbuzier, Jumat, 22 November 2024. Scroll ke bawah.

Abidzar Al Ghifari merasa bersalah karena merasa ikut berperan dalam meninggalnya Ustadz Jefri Al Bukhori alias Uje. Pasalnya, saat itu Abidzar sedang bermimpi memiliki sepatu baru, sehingga ia menghela nafas untuk meminta sepatu tersebut kepada almarhum. Karena itu, ia tidak bisa menghentikan ayahnya untuk mengendarai sepeda motor, yang menyebabkan kecelakaan dan nyawanya.

“Tapi untuk sepatunya mas. Saya merasa karena memaksakan diri untuk membeli sepatu, akhirnya saya tidak bisa melarang ayah saya untuk mengendarai sepeda motor,” kata Abidzar.

Menurut putra bungsu Umi Pipik ini, ada sepatu futsal yang sangat disukai Abidzar karena sedang tren di kalangan teman-temannya di sekolah. Ia pun meminta izin kepada Uje untuk membeli sepatu tersebut lalu pergi ke salah satu mall besar di Jakarta.

Abizar Al Ghifari yang heboh setelah mendapat izin dari Uje, segera berangkat ke mall untuk mencari sepatu bersama Umi Pipik. Tak lama setelah Abidzar dan Umi Pipik pergi, Uje rupanya menelepon untuk meminta izin mengendarai sepeda motor kesayangannya. Umi Pipik melarangnya karena saat itu Uje juga sedang sakit. Namun pria yang tewas itu tetap mengendarai sepeda motor kesayangannya.

Lalu, almarhum tidak butuh waktu lama untuk menelpon sang ibu, memberitahukan bahwa ia izin naik sepeda motor pada malam hari. Sekarang ibu dilarang, tidak perlu sakit, jelas Abidzar Al Ghifari.

“Tak lama kemudian ada yang telpon umi, umi angkat. Aku nangis sampai terjatuh, aku muntah-muntah,” imbuhnya.

Sejak saat itu, Abidzar merasa bersalah karena tidak melarang ayahnya keluar. Menurutnya, jika saat itu ia tidak pergi bersama Umi Pipik untuk membeli sepatu, Abidzar pasti sedang menjaga ayahnya di rumah atau mengendarai sepeda motor.

“Kalau aku di rumah, yang penting aku bisa bersama ayahku dengan sepeda motor mati, atau aku tidak akan membiarkan ayahku mengendarai sepeda motor, pada akhirnya dia tidak akan mengendarai sepeda motor, kematiannya akan tenang. turun,” katanya Abidzar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *