AS, Titik Kumpul – Banyak orang yang beralih ke susu oat karena minuman tersebut lebih sehat dan ramah lingkungan dibandingkan susu sapi. Tapi, apakah klaim ini benar? Courtney Swann, ahli gizi integratif dan aktivis pangan yang berbasis di AS, yakin ada banyak kesalahpahaman tentang susu oat yang perlu diatasi.
Menurut Swann, salah satu kesalahpahaman terbesar adalah anggapan bahwa susu oat adalah pilihan yang sehat. Meski faktanya tidak sesederhana itu, banyak orang yang meyakini susu oat itu sehat dan ramah lingkungan, jelasnya, Jumat, 22 November 2024, dilansir Newsweek.
Ia menyoroti, susu oat memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, namun jika diubah menjadi bentuk cair, serat alaminya akan hilang. Padahal, serat penting untuk mengurangi lonjakan gula darah setelah mengonsumsi karbohidrat.
Susu oat mengandung karbohidrat yang dengan cepat diubah tubuh menjadi gula. Tanpa serat, lemak atau protein, gula darah cepat naik setelah mengonsumsinya. Lonjakan ini dengan cepat mereda saat tubuh memproduksi insulin untuk menstabilkan kadar gula.
“Banyak orang meminum oat milk latte di pagi hari dan tidak menyadari bahwa tambahan gula ini dapat menyebabkan kelelahan dan mengidam gula sepanjang hari,” kata Swann.
Dalam jangka panjang, pola seperti itu bisa menyebabkan resistensi insulin, obesitas, dan bahkan diabetes tipe 2. Karbohidrat harus selalu dikonsumsi untuk menjaga kestabilan gula darah.
Seorang ahli gizi mengkritik citra susu oat sebagai alternatif ramah lingkungan. Dia mengatakan banyak gandum yang disemprot dengan glifosat, herbisida penyebab kanker. Oat organik juga mengandung residu glifosat. Selain itu, oat yang dimasukkan ke dalam sistem agro-pertanian merusak tanah dan ekosistem, sehingga justru berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Namun Swan mengingatkan konsumen untuk tidak melihat klaim tanpa memahami detailnya. Bagi Anda yang tertarik dengan susu oat, penting untuk mempertimbangkan manfaat dan risikonya. Coba kombinasikan konsumsi susu oat dengan pola makan seimbang untuk mendapatkan manfaat maksimal tanpa mengorbankan kesehatan.
