Jakarta, Titik Kumpul – Standar maraton semakin meningkat. Saat ini banyak orang yang menyukai lomba lari ini dan mengikuti banyak perlombaan di dalam dan luar negeri.
Namun hati-hati, lari maraton rupanya memberikan efek negatif pada kulit karena sering terpapar sinar matahari. Lalu, apa saja dampak negatifnya? Yuk, gulir ke bawah untuk menemukan jawabannya!
Terapis kecantikan dari klinik Pratama Sukhavita Anti-Aging and Health Center, Dr. Fanny Riawati Imannuddin, M.Biomed (AAM), mengemukakan, orang yang menyukai olahraga lari maraton bisa berdampak buruk pada kulitnya karena sering terpapar sinar matahari dan polusi. .
“Elastisitas kulit menurun, kolagen berkurang signifikan karena lebih banyak terpapar radikal bebas,” ujarnya saat ditemui di Klinik Pemasaran dan Promosi Kesehatan dan Puskesmas Anti Aging Pratama Sukhavita di Gelora Bung Karno (GBK). , Jakarta. , 7 Februari 2024.
“Jadi kalau kita lihat orang yang lari marathon atau half marathon, kulitnya kurang bagus. Rata-rata kulit semua orang hilang, banyak kerutan atau banyak area. juga terjadi. tubuh,” tambahnya.
Untuk mencegahnya, dokter Fanny menyarankan perawatan ekstra. Selain menggunakan tabir surya dan tabir surya, Dokter Fanny juga merekomendasikan banyak perawatan. Apa?
“Yang pertama adalah ozone treatment. Dengan treatment ini kita memberikan oksigen lebih banyak. Sehingga oksigenasinya bisa lebih baik dan hasilnya ada di kulit,” jelasnya.
Kemudian perawatan kedua yang dianjurkan adalah booster kolagen untuk merangsang kulit memproduksi kolagen sendiri.
“Makanya kami tidak bertani tapi kami memberi makan. “Yang kami masukkan ke dalam booster kolagen adalah kalsium hidroksiapatit, sehingga merupakan mineral yang dapat diserap tubuh dan pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kolagen secara alami dan hanya perlu dilakukan setahun sekali,” jelasnya.
Berbicara mengenai marathon atau lari, acara Sukhavita Empower Run juga diadakan untuk menunjukkan komitmen terhadap kesehatan, demi kehidupan yang lebih baik dan kebahagiaan (health).
“Kami ingin seluruh masyarakat Indonesia mengetahui bahwa self governance merupakan izin tanggung jawab Sang Pencipta, sehingga harus dilakukan dengan baik dan mempunyai landasan yang kuat,” tutup Dr Fanny.