Jakarta, Titik Kumpul – Penyanyi dan aktris populer Tanah Air Maia Estianty kembali menjadi sorotan publik usai mengunggah wawancara bersama Isa Zega di channel YouTube miliknya. Keputusan tersebut memicu kontroversi di kalangan netizen, banyak yang mengkritik Maia karena memberikan wadah bagi masyarakat yang terkena dampak konflik.
Isa Zega awalnya dituduh melakukan penistaan agama setelah menunaikan umrah dengan pakaian perempuan, meski terlahir sebagai laki-laki dan kemudian secara hukum bertransisi menjadi perempuan. Silakan, oke?
Saat diwawancara, Maia Estianti langsung menanyakan kondisinya kepada Jesus Zega. Isa Zega yang akrab disapa Mami Online menegaskan, dirinya adalah perempuan yang diakui secara sah dengan bukti KTP dan paspor.
“Isa Zega sudah bersuara! Tentang kehidupannya saat umroh dan tudingan dirinya ditipu polisi karena ada yang kecanduan narkoba,” tulis Maia dalam video promosi videonya di YouTube. .
Keputusan Maya mengundang Isa Zega mendapat banyak tanggapan negatif dari warganet. Mereka mengungkapkan kekecewaannya dengan berbagai komentar di media sosial.
“Dulu aku sayang Bunda, tapi aku tahu begitu. Selamat tinggal,” tulisnya di netizen.
“Kok dikasih ibu panggung,” kata salah satu warganet.
“Kelas mama Maia jadi panggung pencemooh agama!!! Sedih,” kata salah satu warganet.
Bahkan, sejumlah netizen meminta agar video tersebut segera dihapus dari channel YouTube Maia Estianty.
“Siapa yang mengizinkan penghapusan video tersebut?” tulis salah satu pengguna jejaring sosial.
“Berkumpul dan hilangkan. Tak perlu mengundang kaum Nabi Luth,” imbuh warganet lainnya.
Ada pula komentar Maya ditipu Isa Zega saat menghadirkan bukti berupa nomor perkara permohonan perubahan status gender Isa Zega di pengadilan.
Wkwkwkw Maia @maiaestiantyreal-lah Sahrul yang membangun semua yang kamu inginkan. Nomor perkara: 322/Pdt.P/2017/PN JKT.SEL. 30 Mei 2017. Detail kasus jelas: “ubah jenis kelamin dari laki-laki menjadi perempuan dan nama dari Sahrul Isa ke Adrena Isa Zega diganti” dengan spidol biru. @opposite6890.recon.