JAKARTA, Titik Kumpul – Olahraga menjadi salah satu kunci sukses penurunan berat badan, selain menjaga pola makan seimbang. Berbicara tentang olahraga, ada banyak jenis olahraga berbeda yang dapat membantu Anda menurunkan berat badan. Mulai dari jalan kaki hingga bersepeda dan lari intensitas tinggi bagi mereka yang mengalami obesitas.
Jika kita berbicara tentang olahraga untuk menurunkan berat badan, banyak sekali anggapan yang ada di masyarakat. Salah satunya adalah anggapan bahwa olahraga dengan perut kosong lebih efektif membakar lemak tubuh. Apakah ini benar? Mengenai hal ini, Dr. lanjut Tirta. Gulir lebih jauh.
Dalam video yang diunggah akun TikTok Dr. Tentu saja, itu tergantung olahraga apa yang akan dimainkan orang tersebut. Jika seseorang berolahraga dengan intensitas ringan, yakni di zona tersebut, maka dua hal spesifik tersebut tidak menjadi masalah.
Latihan zona 2 adalah olahraga yang dilakukan dengan intensitas sedang dan nyaman, dengan detak jantung 60 hingga 70 persen dari detak jantung maksimal Anda. Contoh olah raga Zona 2 antara lain lari ringan, bersepeda ringan, dan jalan kaki ringan.
“Ya mungkin tidak” Saat berolahraga dengan intensitas ringan di zona 2 atau zona aerobik, tubuh cenderung menggunakan lemak sebagai bahan bakar, kata Dr.
Namun jika berolahraga di Zona 4 justru berbanding terbalik. Jika Anda berolahraga dengan perut kosong dan memaksakan latihan Anda ke zona 4, Anda akan pingsan. Latihan zona 4 adalah jenis latihan yang dilakukan dengan kecepatan yang cepat dan hampir tidak nyaman, dengan nafas yang berat. Jika detak jantung Anda berada pada kisaran 80-90% dari detak jantung maksimal Anda.
“Tapi kalau kita olahraga di zona 4, otot butuh gula untuk membakar tubuh. Jadi, jika Anda memaksakan diri tanpa makan dan tanpa makanan apa pun sebelum berolahraga, Anda akan terjatuh karena tubuh Anda kehabisan bahan bakar untuk mendorong dirinya hingga batas kemampuannya. “Jadi kalau tidak melakukan PWO atau makan makanan PWO, berarti berolahraga di zona detak jantung 2, dan zona detak jantung orang 2 berbeda-beda,” kata dr Tirta.