Ada Reaksi Jangka Pendek, Ini yang Harus Dilakukan Setelah Khitan untuk Kurangi Rasa Sakitnya

JAKARTA – Khitan atau sunatan adalah pengangkatan atau pemotongan kulup penutup penis. Sangat dianjurkan untuk diberikan pada anak sejak dini agar dapat mengurangi rasa sakit dan mempercepat proses penyembuhan.

Secara medis, sunat memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, seperti mengurangi risiko infeksi menular seksual, mencegah penyakit penis, mengurangi risiko infeksi saluran kemih penyebab gangguan ginjal, dan menurunkan risiko kanker penis. Kanker serviks pada pasangan dan menjaga penis tetap sehat dan bersih.

Biasanya anak takut disunat karena membayangkan rasa sakit setelah disunat. Tidak dapat disangkal bahwa setelah sunat, pasien mungkin mengalami beberapa reaksi jangka pendek, namun tidak sampai pada tingkat yang berbahaya.

Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Reaksi tersebut antara lain nyeri pada penis yang baru disunat. Hal ini normal karena penis lebih sensitif terhadap sentuhan atau kontak dengan pakaian dalam. Rasa sakitnya berangsur-angsur mereda dalam dua hingga empat minggu.

Berdasarkan rekomendasi Dokter Bedah Anak RS Pondok Inda Bintaro Jaya, Subspesialis Bedah Gastrointestinal Anak, Dr. Yesi Eldiyani, Sp. D. A., (K), pasien yang disunat disarankan menggunakan celana dalam yang longgar atau celana dalam khusus sunat.

Setelah selesai buang air kecil, jangan lupa untuk membersihkan sisa air dengan kain atau kain kasa selama tiga hari pertama setelah disunat. Selain itu, sebaiknya kurangi aktivitas tertentu seperti bersepeda, sepeda motor, atau berkuda pada minggu pertama setelah sunat untuk mengurangi gesekan antara luka sunat dengan sadel.

Sementara itu, semakin banyak anak-anak yang disunat pada usia dini. Selain sebagai obat, juga digunakan untuk mengurangi risiko infeksi saluran kemih. Manfaat sunat pada bayi usia sekolah tidak jauh berbeda dengan manfaat sunat pada anak usia sekolah.

Perbedaannya adalah pasien bayi memerlukan lebih sedikit anestesi dibandingkan anak yang lebih besar. Lalu, saat masih bayi, proses penyembuhannya bisa dipercepat karena si kecil belum banyak bergerak. Risiko sunat pada masa bayi, balita, dan usia sekolah relatif sama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *