JAKARTA – Presiden Yayasan Kanker Indonesia, Prof Dr Aru Wisaksono Sodoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP mengatakan tidak ada bukti penggunaan kembali air galon menyebabkan kanker. Menurutnya, 90 hingga 95 persen penyakit kanker disebabkan oleh lingkungan.
Dalam keterangannya yang dikutip Senin 22 Juli 2024, Profesor Aro mengatakan: “Terutama disebabkan oleh tekanan gaya hidup seperti kurang olahraga dan pola makan yang buruk, merokok, dan lain-lain. Oleh karena itu, belum ada penelitian bahwa Galen dapat menyebabkan kanker. tidak memiliki.” Scroll untuk informasi selengkapnya, yuk!
Dokter kandungan sekaligus Ketua Satgas Infeksi Saluran Kelamin Persatuan Ginekologi dan Obstetri Indonesia (POGI), dr. M. Alamsyah Aziz, SpOG (K), M.Kes., KIC juga mengatakan, sejauh ini tidak ditemukan adanya masalah pada janin karena sang ibu meminum air putih sebanyak satu liter.
Oleh karena itu, ia meminta ibu hamil tidak perlu khawatir menggunakan botol galon AMDK reusable ini karena tidak berbahaya bagi ibu maupun janinnya.
Obstetri dan Ginekologi dr Boyke Dayan Nograha, SpOG, Mars. Hingga saat ini, kata dia, belum ada penelitian yang membuktikan bahwa air minum botol galon yang dapat digunakan kembali menyebabkan kemandulan. Menurutnya, hal tersebut hanya spekulasi belaka.
“Belum ada penelitian mengenai hal ini. Ini hanya spekulasi,” ujarnya.
Sebagai dokter anak sekaligus guru besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. dokter. Rini Sekartini, Sp.A (K) berpendapat serupa. Sejauh ini, kata dia, belum ada bukti bahwa galon air yang digunakan kembali dapat menyebabkan autisme pada anak.
Belum ada penelitian mengenai pengaruh galon air yang dapat digunakan kembali terhadap autisme pada anak. Karena tidak ada bukti.”
Dikatakannya, Autisme merupakan suatu masalah atau kelainan perilaku pada anak yang disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor genetik.
Masyarakat terkesan tidak peduli dengan label BPA dan menyatakan akan tetap menggunakan air minum dalam kemasan galon (AMDK) untuk digunakan kembali sebagai air minum sehari-hari di rumah tangganya. Selain itu, tidak ada bukti bahwa air minum dalam kemasan menyebabkan penyakit yang mengancam kesehatan.
Salah satu pengguna air minum galon pakai ulang, Imran, mengaku tidak peduli dengan aturan pelabelan BPA. Baginya, pemberitaan negatif mengenai penggunaan kembali air hanyalah bagian dari persaingan bisnis.
Depok, ayah satu anak yang tinggal di kawasan Cimanggis mengatakan, “Wajar jika orang-orang yang bersaing pasti berusaha menjelek-jelekkan produk pesaingnya demi mendapatkan penjualan yang bagus.
Hal senada diungkapkan Magdalena, warga kawasan Cipayung, Jakarta Timur. Ia bercerita, sejak kecil ia meminum air kemasan galon yang bisa digunakan kembali.
Tapi sejauh ini saya sehat, saya tidak mempunyai penyakit apa pun. Jadi bagi saya rumor tentang galon BPA yang dapat digunakan kembali tidak relevan. “Sebagian besar hanya persaingan bisnis dari kompetitor,” kata perempuan yang kini kuliah di salah satu universitas di Depok ini.