Parenting Titik Kumpul – Bertengkar dengan saudara kandung merupakan hal yang lumrah. Namun sayangnya, masih banyak orang tua di luar sana yang menyalahkan pihak yang sama atas kontroversi yang terjadi.
Tak sedikit orang tua yang menekankan rasa bersalah pada anak sulungnya ketika terjadi pertengkaran antar saudara. Faktanya, kebiasaan seperti itu bisa berdampak negatif pada anak yang lebih besar. Apakah itu benar? Yuk, gulir ke bawah untuk mengetahui lebih lanjut.
Hal tersebut diungkapkan oleh terapis neuroparenting, Dr. Aisah Dahlan dalam podcast bersama Nikita Willy. Aisah Dahlan mengatakan, budaya Indonesia selalu memiliki anak sulung yang membesarkan dan membimbing saudara-saudaranya. Namun kenyataannya tugas seperti itu membebani anak.
“Sayang sekali, dalam budaya kita, orang tua ingin anak sulungnya menjaga, memimpin, dan sebagainya. Tapi susah, anak sulung,” lanjutnya. .
Selain itu, menurut Aisah Dahlan, secara teori, ketika konflik saudara kandung terjadi akibat bermain, orang tua harus bisa mengambil tindakan seperti menghakimi. Dalam hal ini, orang tua duduk bersama anak-anaknya dan meminta mereka menceritakan urutan kejadiannya.
“Harusnya diangkat sebagai kasus bersama, kamu harus tanya kakak laki-lakimu, kakakmu, sudah berapa waktu berlalu. Hanya butuh waktu. Masalahnya orang tua tidak punya waktu untuk mengajukan kasus ini.” Dia melanjutkan.
Aisah Dahlan mengatakan eksperimen seperti ini mempunyai banyak manfaat pendidikan bagi anak. Sejak mampu meluapkan emosi dan amarahnya, anak sudah mampu saling memaafkan.
“Kalaupun ada program pendidikan khusus, anak bisa meluapkan kemarahannya, kemarahannya. Kemudian masing-masing anak menjelaskan situasi berikut dari sudut pandang masing-masing anak. Akhirnya mereka tahu siapa yang melakukan kesalahan dan siapa yang melakukan kesalahan, dan akan ada pengampunan”.
Aisah menambahkan, meski memakan waktu 1 jam, namun masalah tersebut bisa teratasi hanya dalam waktu 15 menit jika dilakukan secara rutin.
“Tapi kalau sudah terbiasa setiap ada lomba, 15 menit selesai. Karena anak-anak dan ibu-ibu sudah terbiasa ‘gimana menurut kamu, gimana pendapat adikmu?’ “Mereka akan memberitahumu apa yang terjadi selanjutnya,” katanya.
Sementara itu, Dr. Aisah menjelaskan, banyak dampak negatif yang terjadi jika orang tua terus menerus menyalahkan anak yang lebih besar. Salah satunya adalah masalah kenakalan remaja seperti penyalahgunaan narkoba.
“Karena anak sulung itu susah sekali buat anak sulung, karena tidak masalah kalau adiknya salah. Makanya kalau besar nanti ada perpisahan dan sebagainya. Saya sering berkonsultasi dengan anak yang tertular. Dan dia adalah anak sulung, dia marah karena “Aku tetap yang disuruh menjaga adikku, aku tetap menyalahkannya meski kakakku salah,” pungkas Aisah Dahlan.