Sleman – Ratusan pesepakbola putri yang terbagi dalam dua kelompok umur, U-10 dan U-12, mengikuti kompetisi MilkLife Soccer Challenge (MLSC) yang digelar di Stadion Tridadi, Kabupaten Sleman pada 25-28 Juli 2024.
Pelatih kepala MLSC Timo Scheunemann mengatakan, kompetisi pencarian bibit unggul pesepakbola putri Indonesia ini digelar di 8 kota besar di Indonesia, salah satunya di Sleman, DIY.
Timo menjelaskan, ia mengikuti beberapa kelas liga, antara lain kelas 7×7 dan tantangan keterampilan berupa dribbling, passing dan control, 1v1, shooting at goal, dan tendangan penalti.
Timo menjelaskan, kompetisi MLCS 2024 diadakan sebagai ajang pencarian bakat di sekolah-sekolah di Indonesia. Timo mengatakan, di beberapa negara seperti China dan Jepang, ajang pencarian bakat pemain sepak bola putri diadakan di tingkat sekolah karena minimnya atlet putri di Sekolah Sepak Bola (SSB).
“Salah satu tujuan diadakannya kompetisi ini adalah untuk menciptakan suasana pengembangan atlet putri di kalangan sekolah sepak bola di Indonesia. Mencari atlet putri yang menjanjikan masih merupakan pekerjaan yang sangat sulit,” jelas Timo dalam keterangan tertulisnya, Minggu, 28 Juli. 2024.
“Salah satu tantangan beratnya adalah sikap masyarakat bahwa sepak bola adalah olahraga laki-laki. Kami melakukan pendekatan intensif tidak hanya kepada pihak sekolah, tapi juga orang tua dan wali siswa,” lanjut Timo.
Timo mengungkapkan, tantangan lainnya adalah banyak guru olahraga di sekolah yang tidak memahami aturan sepak bola putri. Timo menambahkan, pihaknya juga mengadakan pelatihan bagi guru olahraga. Harapannya, lanjut Timo, guru olahraga ini bisa melatih siswa perempuan di sekolah.
Direktur Program Yayasan Bhakti Djarum Yopi Rusimin mengatakan, antusias pesepakbola putri di DIY cukup baik. Ada banyak atlet potensial yang mengikuti kompetisi MLCS 2024
“Untuk Seri 1 animo peserta cukup baik. Kompetisi ini diikuti sekitar 400 atlet dari berbagai sekolah, termasuk peserta dari Kebumen, Jawa Tengah, kata Yopi.
Yopi menambahkan, kompetisi MLCS 2024 menyasar atlet putri masal wilayah DIY dan sekitarnya, khususnya pada kategori usia 10-12 tahun.
Nantinya, setelah para pemain terbaik berkumpul dan membentuk klub “All Star”, akan dilakukan latihan dan pendidikan lanjutan di Kudus. Hasil seleksi para pemain terbaik tersebut nantinya akan menjadi anggota timnas yang pelatihannya akan diserahkan kepada PSSI. ,” pungkas Yopi. .