Titik Kumpul – Pagi itu, dalam balutan warna jingga mega, matahari mulai memancarkan sinarnya dari ufuk timur tanpa ragu.
Perlahan tapi pasti, bangunan-bangunan tua terbengkalai yang berdiri di antara semak belukar menampakkan penampakannya, tak terkecuali bangunan Mall Perum Karawang Baru yang mendominasi lembah kota hantu Dawuan.
Di pinggir perkebunan luas yang mengering akibat kemarau panjang, terlihat banyak tenda militer berwarna hijau didirikan, mendominasi pinggir lembah.
Di sana, sejumlah prajurit TNI, perwira tinggi, dan perwira menengah juga terlihat bercengkrama ditemani minuman hangat dan hidangan sederhana.
Salah satu perwira senior yang hadir di tenda tersebut adalah Komandan Divisi Infanteri (Pangdivif) 1 Kostrad, Mayjen TNI Bobby Rinal Makmun. Ia didampingi Wakil Kepala Staf Kostrad Brigjen TNI Christian K. Tehuteru; Komandan Brigade Infanteri 17 Sakti Para Raider Budi Bhakti, Kolonel Inf Krisna Pribudi dan Komandan Yonif 305/Tengkorak Para Raider, Letkol Inf Ardiansyah alias Raja Aibon Kogila.
Tak lama kemudian, pesawat Hercules C130 TNI AU dari Skuadron 31 Halim Perdanakusuma muncul dari arah barat dan terbang di dekat Lembah Dawuan.
Pati dan panglima TNI secara bersamaan keluar dari tenda dan kemudian menggunakan teropong untuk melacak pergerakan pesawat yang terbang di atasnya.
“Pesawat sudah melewati menara dan bersiap berbelok menuju DZ,” kata seorang prajurit TNI yang bertugas sebagai pemandu udara melalui TOA yang didirikan di perkebunan sekitar Lembah Dawuan.
Segera, Hercules bergerak lebih dekat ke lembah, kali ini lebih ke arah dia datang. Tapi dari utara ke selatan.
Kemudian, pada ketinggian 4.000 kaki, pintu belakang pesawat angkut terbuka. Kemudian satu per satu prajurit TNI yang tak lain adalah Pasukan Tengkorak TNI Kostrad meloncat dari badan pesawat.
Hanya dalam beberapa detik, puluhan tentara terbang dengan parasut yang mengembang sempurna menghiasi wilayah udara Dawuan dan menyelam ke lembah kota mati Dawuan untuk melakukan pendaratan.
Pesawat kembali ke posisi semula dan kembali menerjunkan puluhan kerangka ksatria tentara yang telah diangkut dari Bandara Halim Perdanakusuma.
Aksi pasukan kerangka di lembah kota mati Dawuan ini merupakan puncak dari latihan rutin pasukan lintas udara TNI Angkatan Darat bertajuk Refreshment Plunge atau dikenal dengan Jungar Yonif PR 305/Tengkorak.
Faktanya, Jungar berlangsung setiap tahun. Namun menurut Raja Aibon Kogila dari Titik Kumpul Militer, jungar tidak akan dilakukan pada tahun 2022 karena pasukan Tengkorak berada di Intan Jaya, Papua Tengah, menjalankan operasi di lingkungan Satgas Mobile.
Dengan demikian, pada Jungar yang dilaksanakan pada Sabtu, 21 Oktober 2023 lalu, Alhamdulillah seluruh Ksatria Pasukan Tengkorak yang terlibat sebagai pasukan terjun payung berhasil mendarat dengan selamat meski harus menghadapi medan yang kering dan berat.
Ooh iya, Kota Mati Dawuan sudah lama ditinggalkan. Sebelumnya milik Mas Tommy, putra Presiden Soeharto. Rencananya akan dijadikan perumahan dengan konsep kota modern. Namun proyek ini tidak dapat terealisasi karena dampak krisis moneter pada masa Reformasi.