Alarm Perang Dunia III, NATO Siagakan 90 Ribu Pasukan Buat Keroyok Rusia

VIVA – Ancaman Perang Dunia II semakin meningkat ketika Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), aliansi militer Amerika Serikat dan negara-negara Eropa utara, mengirimkan 90.000 tentara ke peringatan tersebut.

NATO sedang mempersiapkan sejumlah besar pasukan untuk menekan militer Rusia agar mengakhiri invasi hampir dua tahun ke Ukraina.

Dalam laporan yang dikutip VIVA Military dari Daily Mail, NATO menyebutkan seluruh pasukan dari 31 negara akan mengikuti tur latihan tempur minggu depan.

Dengan nama sandi Steadfast Defender, latihan militer NATO diperkirakan akan berlangsung lebih dari sebulan. Kekuatan negara anggota potensial, Swedia, merupakan pengecualian.

Menurut Panglima Tertinggi Aliansi NATO di Eropa, Jenderal Christopher Cavoli, semakin lama masa pelatihan akan memperkuat kemampuan dan ketahanan pasukan melawan kekuatan besar Rusia.

Dalam hal jumlah personel dan durasi pelatihan, Steadfast Defender adalah operasi NATO terbesar sejak akhir Perang Dingin pada tahun 1991.

“Steadfast Defender akan berjalan hingga akhir Mei dan akan mencakup unit dari seluruh 31 negara anggota NATO, serta calon anggota Swedia,” kata Cavoli, seperti dikutip laporan VIVA Military dari Daily Mail.

“Aliansi ini akan menunjukkan potensi untuk memperkuat kawasan Euro-Atlantik melalui transfer kekuatan transatlantik dari Amerika Utara,” katanya.

Pada saat yang sama, Laksamana Rob Bauer, ketua komite militer NATO, mengatakan bahwa serangan militer Rusia adalah bukti ketakutan Rusia dan Vladimir Putin terhadap demokrasi Barat.

Bauer yakin jika demokrasi bisa bertahan di Ukraina, rakyat Rusia kemungkinan besar juga akan menginginkannya. Menurut pendapat NATO, hal ini akan dianggap sebagai ancaman bagi Putin.

“Perang ini bukanlah ancaman keamanan nyata terhadap Ukraina atau Rusia yang meninggalkan NATO,” kata Bauer.

“Perang ini adalah tentang ketakutan terhadap Rusia, yang lebih kuat dari senjata fisik apa pun di dunia, yaitu demokrasi. Jika rakyat Ukraina bisa memiliki hak demokrasi, maka rakyat Rusia juga akan menuntutnya,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *