Titik Kumpul Tekno – Tahukah Anda bahwa tersenyum dianggap bodoh dan merupakan tindakan kelas bawah pada tahun 1800-an hingga 1900-an? Melihat foto potret masa lalu, terlihat tidak ada yang salah dengan itu.
Hanya jika Anda lebih berhati-hati. Saat pertama kali mengambil foto potret, sering kali terlihat orang dewasa dan anak-anak yang serius dan tidak tersenyum.
Bahkan dapat dilihat pada gambar-gambar pernikahan dan perayaan yang mendambakan kebahagiaan dan kegembiraan. Pada awal abad ke-19 hingga awal abad ke-20, hampir semua orang tidak pernah tersenyum saat mengambil gambar, tidak seperti saat ini.
Fenomena ini sepertinya sudah biasa terjadi pada zaman dahulu. Ada beberapa alasan mengapa orang tidak tersenyum saat mengambil gambar. Tapi kenapa orang tidak tersenyum di depan kamera?
Ada banyak teori dan pemikiran mengapa orang kurang mengekspresikan kegembiraan dalam foto. Berikut beberapa alasan mengapa orang tidak tersenyum saat mengambil gambar:
Dari tahun 1800 hingga 1900, tersenyum tidak disukai
Selain memiliki minat khusus dalam memotret orang mati, masyarakat Victoria dan Edwardian tidak menyukai senyuman. Saat itu, tersenyum dianggap bodoh dan merupakan tindakan kelas bawah.
Keseriusan dan wajah lurus diyakini merupakan ekspresi wajah yang paling kuat dan anggun. Meski tidak ada cara untuk membuktikan teori ini, namun dapat dipelajari melalui teks dan dokumen sejarah.
Ini bisa menjadi musuh besar karena tidak ada orang yang tersenyum saat difoto. Tersenyum dianggap konyol, jadi penting untuk terlihat serius saat mengambil gambar.
Kamera yang membutuhkan waktu lebih lama untuk mengambil potret
Alasan paling umum adalah foto membutuhkan waktu lama untuk diekspos. Kamera awal tidak secepat mengambil gambar dengan ponsel masa kini. Foto membutuhkan waktu untuk diekspos, yang berarti subjeknya tidak boleh diam dalam waktu lama.
Rata-rata, kamera pertama membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk mengambil gambar. Subjek harus tetap diam untuk mendapatkan kualitas gambar terbaik.
Gerakan ini akan menyebabkan gambar menjadi buram dan subjek menjadi tidak fokus. Oleh karena itu, lebih mudah duduk dengan wajah santai daripada menahan senyuman selama 20 menit.
Namun, ini bukan satu-satunya faktor karena kualitas kamera meningkat selama bertahun-tahun dan pada tahun 1900 kualitas kamera menjadi sangat maju pada saat itu. Pada tahun 1900-an, kamera mampu mengambil gambar dalam waktu sekitar 20 detik.
Pengenalan Brownie dan kamera lainnya mengurangi waktu pemaparan, yang berarti orang dapat menahan senyuman. Mereka lambat menurut standar sekarang, tetapi cepat untuk zamannya.
Tradisi fotografi postmortem
Dalam teknik fotografi ini, orang, anak, atau hewan peliharaan yang baru saja meninggal difoto seolah-olah mereka masih hidup. Sejak awal fotografi pada tahun 1900an, tradisi postmortem sebagian besar telah hilang.
Namun, foto tetap digunakan sebagai cara melestarikan kehidupan untuk generasi mendatang. Itu sebabnya fotografi sering kali dianggap serius.
Mahal
Pada masa-masa awal kamera, hanya sedikit orang yang mengambil gambarnya sendiri, dan bahkan lebih sedikit lagi yang mengambil gambarnya sendiri, karena harganya mahal. Kebanyakan orang hanya bisa memotret sekali seumur hidup, yang berarti mereka tidak menganggap remeh peristiwa tersebut.
Jangan tunjukkan emosi
Pada zaman dulu, masyarakat mengakar pada pemahaman bahwa apa yang ditampilkan di ruang publik lebih baik bersifat tenang, dan menunjukkan sesuatu yang mulia kepada orang sekitar. Kemudian orang tuanya mendiktekan agar masyarakat tidak terlalu menunjukkan emosinya di depan umum. Padahal, jika seseorang banyak tersenyum, sering kali orang menduga dirinya mengidap penyakit mental ringan.
Gigi yang buruk
Ada pula yang berpendapat bahwa kebersihan gigi menjadi standar bagi semua orang di abad ke-19. Dan karena gambar-gambar itu seharusnya memperlihatkan sisi terbaik orang-orang, mereka menutup mulut untuk menyembunyikan gigi jelek mereka.
Ketertarikan masyarakat Victoria terhadap potret orang mati
Secara historis, orang terobsesi memotret orang mati. Alasan lain Anda melihat orang-orang bersikap serius mungkin karena tradisi Victoria dalam memotret orang yang meninggal.
Kamera membuat pengambilan gambar lebih mudah diakses dan dikelola. Selama era Victoria, memotret orang mati menjadi semakin populer. Hal ini karena, tidak seperti saat ini, foto dipandang sebagai cara untuk mengabadikan ‘presentasi beku’ seseorang.
Berbeda dengan hubungan saat ini dengan fotografi yang digunakan untuk mengabadikan momen dalam waktu. Setelah orang yang dicintai meninggal, mereka berpakaian hitam dan berdiri tegak untuk difoto.
Ya, itu semacam proses pendokumentasian dan dipandang sebagai jalan menuju keabadian. Potret-potret ini sering kali dianggap sebagai alasan mengapa orang mengasosiasikan beberapa gambar potret pertama dengan keseriusan. Namun, foto-foto tersebut hanya bergaya potret.
Kesimpulannya
Umumnya orang tidak pernah tersenyum di foto lama karena berbagai alasan. Tren umum berkaitan dengan apa yang dapat diterima pada saat itu dan kendala teknis.
Tersenyum dalam fotografi dan potret merupakan sebuah tantangan pada awalnya karena membutuhkan waktu yang lama untuk mengambil gambarnya.
Selain aspek teknis, faktor lainnya adalah standar dan cita-cita zaman. Misalnya, tersenyum dianggap sepele dan tidak pantas. Hampir mustahil menemukan potret tersenyum dari periode ini, yang menggugah rasa ingin tahu subjeknya.