Jakarta – Alergi susu sapi (CLL) menjadi momok bagi banyak orang tua, menyerang 1,9 hingga 9 persen anak-anak di seluruh dunia, menurut Organisasi Alergi Dunia (WAO).
Alergi ini tidak hanya menimbulkan rasa tidak nyaman, tapi juga berdampak serius bagi tumbuh kembang anak.
ASS terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap protein dari susu sapi. Hal ini dapat menimbulkan berbagai gejala, mulai dari ruam kulit, gatal-gatal, diare hingga gangguan pernapasan serius seperti anafilaksis.
Di Indonesia, berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), prevalensi ASS pada anak sebesar 2 hingga 7,5 persen, menjadikannya alergi makanan terbanyak kedua setelah alergi telur.
Dokter anak, konsultan alergi, profesor dr. Budi Setiabudiavan menekankan pentingnya pengobatan yang cepat dan tepat untuk menghindari dampak jangka panjang yang lebih serius.
“Dampak ASS bisa ringan hingga berat dan dapat mempengaruhi berbagai sistem pada tubuh anak,” kata Profesor Budi pada Webinar Nutrisi Pekan Alergi Dunia 2024: Obati Alergi Susu Sapi (CASS) pada Anak dengan Cepat dan Benar Sebelum Dialami. Larut malam, Selasa 25/06/2024.
“Dalam jangka pendek, ASS dapat menyebabkan ketidaknyamanan, gangguan makan dan tidur, berat badan kurang optimal, dan malnutrisi. Dalam jangka panjang, alergi ini dapat meningkatkan risiko asma, eksim, dan pertumbuhan terhambat di kemudian hari,” lanjutnya.
Yang lebih mengkhawatirkan, sejumlah kecil anak-anak mungkin alergi terhadap susu sapi hingga dewasa. Itu sebabnya Prof. Budi mengingatkan para orang tua untuk mengenali gejala ASD sejak dini dan segera menghubungi dokter.
Prosedur dan langkah penting lainnya yang harus dilakukan orang tua adalah mengecualikan susu sapi dari menu makanan anak, mencari sumber nutrisi alternatif yang mengandung zat gizi makro seperti karbohidrat, protein dan lemak, tetapi juga zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral yang diperlukan. . dalam fase tumbuh kembang anak,” ujarnya.
“Langkah selanjutnya antara lain membaca label makanan dengan cermat dan memantau tumbuh kembang anak secara berkala. Strategi pengobatan ini harus diterapkan dengan cepat dan tepat untuk mengurangi dampak negatif ASD sehingga anak penderita ASD dapat hidup lebih sehat dan berkembang secara optimal,” kata Prof. Menjadi. .
Menanggapi alergi susu sapi pada anak, Direktur Komunikasi Korporat Danone Indonesia, Arif Mujahidin mengatakan, melalui webinar Talking about Nutrition, pihaknya ingin menyoroti dampak ASS dalam jangka pendek dan jangka panjang terhadap tumbuh kembang anak. serta pentingnya pengobatan yang cepat dan tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
“Sebagai perusahaan yang fokus di bidang nutrisi di Indonesia, Nutricia memahami bahwa ASS merupakan alergen makanan kedua dan paling umum dialami anak-anak Indonesia, sehingga pengobatan harus dilakukan secepat dan seakurat mungkin untuk mencegah dampak di masa depan. “Kami konsisten melakukan program diskusi gizi untuk mengedukasi para orang tua akan pentingnya gizi dan pola pengasuhan untuk mendukung tumbuh kembang anak Indonesia yang optimal,” ujarnya.
Selain riwayat alergi dalam keluarga, beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko ASD pada anak antara lain operasi caesar, asap rokok, dan polusi udara.
Sebagai orang tua, penting untuk selalu mengetahui tanda-tanda ASD pada anak dan segera memeriksakan diri ke dokter untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat. Berkat pengobatan yang cepat dan tepat, anak penderita AS dapat hidup lebih sehat dan berkembang secara optimal.