JAKARTA – Pernahkah Anda memperhatikan bahwa anak Anda lebih pendek dibandingkan anak lain seusianya? Hati-hati, bisa saja anak Anda masuk dalam kategori bertubuh pendek.
Berbeda dengan dwarfisme, perawakan pendek adalah istilah umum untuk orang yang tinggi badannya jauh di bawah rata-rata dibandingkan tinggi badan normal.
Perawakan pendek, yang didefinisikan sebagai perawakan pendek di bawah persentil ke-3 dari standar deviasi usia dan gender, saat ini merupakan masalah global yang penting.
Dokter spesialis anak, Prof. dr. dr. Rini Sekartini, SpA(K) Yang penting diketahui orang tua tentang perawakan pendeknya. Pasalnya, anak-anak pendek mengalami berbagai permasalahan ketika memasuki usia dewasa, mulai dari kesulitan mengemudi, kurangnya kesempatan kerja, dan kemampuan akademis yang buruk.
“Karena secara teori, anak-anak yang bertubuh pendek mempunyai kualitas hidup yang buruk. Kemudian tingkat kecerdasannya juga di bawah rata-rata, dan nanti ketika memasuki usia dewasa muda, prestasi kerjanya pun semakin rendah. Ini yang perlu kita cegah,” kata Profesor Rini. dalam pernyataannya.
Dalam melaksanakan edukasi, tim FKUI RSCM juga melaksanakan pengukuran tinggi badan atau antropometri siswa SDN 01 Depok dari kelas 1-5 yang diikuti kurang lebih 600 siswa. Hal ini untuk mendeteksi sejak dini anak yang mungkin bertubuh pendek.
Melalui upaya antropometri ini, diharapkan sekolah dan orang tua dapat melakukan upaya pencegahan secepatnya.
“Sebenarnya kalau dilihat dari anak, tinggi badannya di bawah rata-rata anak seusianya. Kita perlu mencari penyebabnya, katanya.
Untuk mencegah perawakan pendek, anak harus diberikan nutrisi yang tepat. Mulai dari karbohidrat hingga protein, nutrisi anak perlu diberikan. Salah satu sumber daya penting yang layak didapatkan adalah susu. Menurutnya, susu kaya akan kandungan yang diperlukan untuk tumbuh kembang anak.
“Susu itu penting banget. Kandungannya beda-beda. Mikronutriennya juga cukup. Jadi daripada beli yang tidak masuk akal, mending beli satu susu saja,” ujarnya.