Jakarta – Pekan Glaukoma Sedunia diperingati setiap tanggal 2 Maret. Tujuan dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kesadaran masyarakat dan pemangku kepentingan (peserta sektor kesehatan) tentang pentingnya kegiatan preventif, pengobatan dan rehabilitasi.
Glaukoma adalah suatu kondisi neuropati optik progresif yang disebabkan oleh peningkatan tekanan pada bola mata, sehingga dapat merusak saraf optik dan menyebabkan kehilangan penglihatan bahkan kebutaan.
Glaukoma lebih mematikan dibandingkan katarak. Hal ini karena glaukoma tidak dapat disembuhkan. Namun mencegah dampak fatal yakni kebutaan permanen.
Profesor Dr. Vidya Artini Viyogo selaku Head of Glaucoma Services, JEC Group memperkirakan pada tahun 2040 sekitar 111,8 juta orang akan terkena penyakit glaukoma.
“Pada tahun 2020 diperkirakan 80 juta orang di seluruh dunia akan menderita penyakit glaukoma, menurut perkiraan perkembangan grafis, pada tahun 2040 hampir 111,8 juta orang akan menderita penyakit glaukoma, dimana 8 juta diantaranya akan mengalami kebutaan. angka kecil Menurut Kementerian Kesehatan RI, prevalensi penyakit glaukoma di Indonesia diperkirakan sebesar 0,46 persen atau 4-5 orang per 1000 penduduk, ujarnya pada Kamis, 21 Maret 2024.
Lebih lanjut, Profesor Ike, sapaan akrabnya, mengatakan 80 persen penderita glaukoma tidak mengidapnya. Kebanyakan pasien didiagnosis selama pemeriksaan fisik atau pemeriksaan fisik.
Gejala seperti sakit kepala, pandangan kabur secara tiba-tiba, pusing dan muntah merupakan beberapa gejala glaukoma. Penderita glaukoma akut mempunyai waktu 2X24 jam untuk segera menurunkan tekanan matanya. Jika terlambat, kerusakannya akan permanen. Prof.
“JEC Group terus mengedukasi masyarakat mengenai bahaya penyakit glaukoma dan pentingnya deteksi dini penyakit glaukoma. Oleh karena itu kami selalu menghimbau masyarakat untuk melakukan pemeriksaan glaukoma dini secara rutin.”