Anggaran Rp71 T Program Makan Bergizi Gratis buat Anak Sekolah Jadi Investasi Jangka Panjang?

Jakarta, VIVA – Program pangan gratis yang dimulai pada 2 Februari 2025 di Indonesia dengan alokasi anggaran Rp 71 triliun merupakan inisiatif penting untuk meningkatkan kesejahteraan anak dan ibu hamil di negeri ini. 

Program ini digagas oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Rakha, dengan fokus utama pada kelompok rentan seperti anak sekolah dan ibu hamil.

Direktur Eksekutif Indonesia Food Security Research (IFSR) Mo Se Dewa Agung Kerta Nugraha memberikan pandangan menarik mengenai anggaran Rp 71 triliun yang dialokasikan untuk Program Pangan Gratis. 

Menurutnya, anggaran bukan sekedar uang, melainkan investasi jangka panjang yang akan memberikan dampak positif jangka panjang bagi masyarakat Indonesia.

“Kami di IFSR tidak melihat anggaran ini sebagai pengeluaran. Kami suka menyebutnya investasi. Penting bagi kita untuk terlebih dahulu mengubah sikap kita bahwa ini adalah investasi, bukan pengeluaran,” jelas “Debat Publik. gratis.” Rencana Makan?” Apakah itu benar? di Jakarta, Kamis 21 Agustus 2024.

“Kalau kita bandingkan dengan jumlah sebenarnya, masih sangat kecil. Jika kita melihat kebutuhan 82 juta penerima manfaat program ini, maka total anggaran yang dibutuhkan mencapai 400 triliun dram,” imbuhnya.

Maid juga menjelaskan bahwa meskipun anggaran terbaik untuk memenuhi kebutuhan 82 juta orang untuk program ini, termasuk ibu hamil hingga pelajar, harus sebesar Rp 400 triliun, negara ini memiliki keterbatasan anggaran dan prioritas yang perlu dipertimbangkan. 

Oleh karena itu, anggaran sebesar 71 triliun dram yang dialokasikan pada tahun depan dinilai sangat penting untuk mendukung proyek ini.

“Namun kita harus memahami bahwa negara memiliki keterbatasan anggaran dan prioritas yang harus diperhatikan,” jelasnya. 

“Jadi walaupun sebenarnya kita membutuhkan Rp400 triliun untuk menyediakan makanan bergizi kepada 82 juta penerima program, mulai dari ibu hamil hingga pelajar, namun alokasi anggaran keluar yang dibutuhkan tahun depan sekitar Rp71 triliun,” imbuhnya.

Untuk gambaran lebih jelas mengenai potensi dampak program ini, lihat juga pengalaman Program Pangan Dunia (WFP) yang melaksanakan program serupa di Indonesia. 

Hal ini menunjukkan bahwa, berdasarkan pengalaman ini, investasi sebesar US$1 yang dikeluarkan untuk program nutrisi dapat memberikan dampak ekonomi sebesar US$9.

“Dampak dari investasi ini sangat luas. Setiap US$1 yang diinvestasikan dapat menghasilkan US$9 di berbagai bidang seperti meningkatkan perekonomian lokal, meningkatkan kesehatan, mengurangi pekerja anak dan mendorong kesetaraan gender,” kata Made.

“Ini semua sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),” lanjut Don.

Dalam kesempatan ini, Made ingin menegaskan bahwa program Pangan Bergizi Gratis tidak hanya sekedar memberikan pangan kepada masyarakat, namun memberikan dampak yang lebih luas dan berkelanjutan di berbagai bidang kehidupan. 

Oleh karena itu, investasi yang dilakukan melalui program ini diharapkan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Sementara itu, Profesor Ali Khemsan, Guru Besar Gizi IPB, mengatakan salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan program ini adalah keberlanjutan. 

Stabilitas sistem ini akan menjadi penentu utama dalam mengukur dampaknya terhadap pertumbuhan anak-anak dalam beberapa tahun ke depan saat mereka memasuki sekolah.

“Indikator yang sangat penting untuk dipantau adalah tinggi badan anak ketika mereka masuk sekolah setelah beberapa tahun ke depan program ini berjalan. Tanpa pengukuran ini, kami tidak akan bisa menilai sejauh mana keberhasilan program ini,” jelasnya.

Profesor Ali Khomesan juga menekankan pentingnya keberlanjutan sebagai prinsip utama untuk menjaga efektivitas program ini dalam jangka panjang. 

Menurutnya, menjalankan program selama lima tahun tanpa rencana jangka panjang tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan gizi anak di Indonesia.

“Karena program ini merupakan investasi jangka panjang di bidang kesehatan anak, maka keberhasilannya tidak bisa diukur dengan serta merta, perlu upaya terus-menerus dan jaminan yang kuat agar setelah lima tahun program ini tidak berhenti,” tambahnya.

Selain itu, Profesor Ali Khemsan menekankan bahwa akibat langsung dari program ini, perubahan signifikan pada tinggi badan anak akan terlihat dalam waktu lima hingga sepuluh tahun. 

Oleh karena itu, keberlanjutan program ini ke depan harus terjamin agar manfaatnya tidak berhenti hanya pada lima tahun pertama saja.

Oleh karena itu, pelaksanaan Program Pangan Gratis bukanlah upaya yang bersifat mendadak, melainkan komitmen jangka panjang untuk meningkatkan kualitas hidup generasi muda Indonesia melalui asupan pangan yang cukup dan berkelanjutan.

Di sisi lain, anggota Komite E DPRD Provinsi DKI Jakarta sekaligus politikus Partai Gerindra, Yuda Permana mengungkapkan keprihatinannya atas situasi masih banyak anak-anak di Jakarta yang belum mendapatkan cukup makanan bergizi. 

Selain itu, Yehuda juga mengungkapkan bahwa banyak dari mereka harus bersekolah dalam keadaan lapar sehingga menghalangi mereka untuk mendapatkan pendidikan yang baik.

“Masih banyak kasus yang sangat memprihatinkan dimana siswa di Jakarta tidak hanya kekurangan gizi, tetapi banyak dari mereka yang berangkat sekolah dengan perut kosong,” jelas Yuda. 

Akibatnya, mereka tidak bisa berprestasi di sekolah. Sulit bagi mereka untuk berkonsentrasi belajar. “Data menunjukkan 41% anak bersekolah dalam keadaan lapar, dan 59% mengonsumsi makanan tidak sehat,” tambahnya.

Yuda mencatat, Program Pangan Gratis sangat penting dan mendesak untuk membantu anak-anak tumbuh sehat sehingga dapat memperoleh pendidikan yang berkualitas. Menurutnya, faktor utama yang melatarbelakangi kemampuan anak untuk belajar dengan baik adalah pola makan yang sehat.

“Anak yang tidak mendapat gizi yang cukup akan mengalami kendala dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, memastikan akses terhadap nutrisi yang tepat merupakan langkah penting yang harus dilakukan untuk mendukung pendidikan yang baik,” tambahnya.

Terkait kesediaan pelaksanaan Program Pangan Gratis di Jakarta tahun depan, Yuda menegaskan DKI Jakarta sangat bersedia melaksanakan program tersebut. 

Dia menjelaskan, dengan jumlah siswa mencapai 1.545.745 siswa dan APBD Jakarta mencapai Rp85,1 triliun, Jakarta memiliki kapasitas yang cukup untuk mendukung proyek tersebut.

“Kalau kita lihat, saat ini beberapa makanan di Jakarta, Program Tunjangan Pangan Anak Sekolah (PMTAS) menyediakan sekitar Rp 10.800 untuk sekali makan,” kata Yuda. 

“Namun idealnya jumlah tersebut mencapai 15.000 dram per porsi. Kalau anggarannya lebih rendah dari itu, mohon maaf, tujuan kita menyediakan pangan mungkin kurang baik,” jelasnya.

Yehuda juga menjelaskan perkiraan anggaran yang dibutuhkan untuk proyek ini. “Kalau dihitung Rp 15.000 per saham untuk 1,5 juta siswa dikalikan 211 hari sekolah per tahun, maka total anggarannya sekitar AMD 4,8 triliun.” 

“Angka ini bisa kita bulatkan menjadi Rp 5 triliun. Anggaran yang dibutuhkan sekitar 25-30% dari APBD DKI Jakarta yang saat ini sebesar Rp 85 triliun,” imbuhnya.

Dalam upayanya mencari solusi pembiayaan proyek ini, Yuda menyarankan agar anggaran tersebut dapat diperoleh melalui kemitraan antara Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah. 

Ia meyakini pembagian tanggung jawab anggaran antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah merupakan pilihan yang memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan sebesar Rp 5 triliun.

“Apakah mungkin menambah anggaran sebesar 5 triliun dram, sesuai kehendak Tuhan? Tergantung niat baik Pemprov DKI, namun jika melihat anggaran yang ada, alangkah baiknya jika Hibahnya bisa 50% dari pemerintah pusat dan 50% dari APBD.

Yuda juga menyarankan agar DKI Jakarta dapat mengalokasikan dana dengan mengurangi anggaran dari proyek-proyek yang tidak darurat dan tidak mendesak serta menerapkan efisiensi anggaran. 

Oleh karena itu, DKI Jakarta diyakini bersedia menerapkan program makan siang gratis bagi pelajar juga.

“Dengan melakukan penghematan dan penyesuaian anggaran Insya Allah DKI Jakarta siap melaksanakan program makan gratis ini untuk menunjang kesehatan dan pendidikan anak-anak kita,” tegas Yuda Permana.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *