Jakarta, Titik Kumpul – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia kembali menunjukkan peningkatan yang signifikan, terutama saat memasuki musim hujan. Kondisi cuaca yang mendukung perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, vektor utama penyakit ini, menjadi alasan utama peningkatan kasus. Kementerian Kesehatan melaporkan peningkatan jumlah penderita DBD tercatat di banyak daerah, yang sebagian besar korbannya adalah anak-anak.
Sebanyak 114.720 kasus dilaporkan pada tahun 2023, dengan 894 kematian. Sebaliknya pada minggu ke-43 tahun 2024, terdapat 210.644 kasus dengan 1.239 kematian akibat DBD terjadi di 259 kabupaten/kota di 32 provinsi. Angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sebanyak 624.194 kasus dugaan DBD dilaporkan melalui SKDR hingga minggu ke-43.
Setiap orang berisiko tertular demam berdarah, namun anak-anak dan masyarakat usia produktif lebih rentan terkena penyakit ini. Sekitar 75 persen kasus demam berdarah terjadi pada kelompok usia 5-44 tahun, dengan proporsi kematian tertinggi sebesar 40 persen terjadi pada kelompok usia 5-14 tahun.
“Kami telah melihat banyak kematian dan kasus di seluruh dunia dan di Indonesia. Kasus pada tahun 2023 dan 2024 meningkat, pada minggu ke 38 (197.396 kasus) dari 52 minggu, lebih tinggi dibandingkan tahun 2023. Perhimpunan Dokter Kerja Indonesia (PERDOKI), Dr. Astrid B. Sulistomo, Sp.Ok, Subsp.BloKo (K), pada acara Sinergi Aksi Korporasi SIAP Melawan Demam Berdarah, Jakarta, Kamis, 21 November 2024.
Melihat perkembangan kasus ini, dapat disimpulkan bahwa pemerintah gagal mengatasi masalah demam berdarah di tanah air pada tahun 2024 meskipun telah dilakukan berbagai upaya. Hal itu pun diakui dr Astrid, mengingat kemungkinan kurangnya kedisiplinan masyarakat untuk bekerja sama memberantas DBD.
“Jadi jelas kita belum bisa mencegah penyakit demam berdarah. Meski sudah banyak upaya seperti 3M dan lainnya, namun rasanya sangat sulit karena bisa saja upaya seperti 3M ditolak,” jelasnya.
Selain menjaga kebersihan lingkungan dengan 3M (menguras, menutup dan mengubur), masyarakat Indonesia juga diimbau untuk segera mendapatkan vaksin demam berdarah. Sebab, upaya preventif untuk mencegah penyebaran penyakit demam berdarah juga harus dilakukan dari dalam tubuh setiap orang.