Anofial Asmid Protes Atta Gak Dipanggil Haji, Ustaz Adi Hidayat: Itu Pengingat Bukan Kebanggaan

Titik Kumpul LIFESTYLE – Para jamaah haji telah menyelesaikan seluruh ritual di Tanah Suci dan kembali ke tanah air. Seperti yang diketahui dalam budaya Indonesia, biasanya mereka yang kembali setelah menunaikan ibadah haji akan mendapat gelar atau julukan baru yaitu Pak Haji atau Ny. Haji.

Mungkin ada yang menolak gelar ini karena merasa malu atau tidak berguna, namun banyak juga yang berpendapat bahwa gelar ini patut diucapkan, mengingat mereka telah memenuhi rukun Islam yang ke 5. Simak selengkapnya, yuk!

Seperti yang baru-baru ini terjadi saat lamaran Tariq Halilinter dan Alia Masaid. Dimana MC menyebut nama Atta Holilintar tanpa gelar haji, pembawa acara protes kepada ayah Atta, Anophial Asami. Lalu apakah perlu memanggil Bapak/Ibu Haji?

Menurut Ustaz Adi Hidayat, tidak ada ibadah yang melahirkan gelar. Ibadah sehari-hari, seperti shalat, zakat atau puasa, hingga haji. Faktanya, Nabi Muhammad (SAW) dan para sahabatnya tidak menggunakan gelar haji dengan nama mereka. 

Ustaz Adi Hidayat, Senin 24 Juni 2024 mengutip video YouTube Al Hanif: “Ibadah tidak melahirkan gelar seperti gelar duniawi. Ibadah tidak.”

Pak Haji Call tidak sendirian di Indonesia. Tapi juga masyarakat Arab. Padahal, sebutan tersebut awalnya diucapkan masyarakat Arab untuk memperingatkan orang-orang yang sedang menunaikan ibadah haji.

Sebagaimana diketahui, perjalanan haji mempunyai pahala yang begitu besar sehingga menjamin surga bagi yang benar-benar melaksanakannya. Selama haji, umat Islam menebus dosa-dosa mereka dan menguatkan hati mereka dengan iman kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Maka sepulang dari haji hendaknya sikap dan tindakan orang tersebut juga berubah. Jika orang tersebut kembali melakukan dosa dan maksiat maka sia-sialah ibadah hajinya.

“Jadi ketika orang-orang kembali ke tempatnya masing-masing atau setelah haji, orang-orang berseru seperti ini: ‘Ya al​​Hajj, Ya al​​​Hajj’ yang artinya ungkapan zikir sudah menunaikan ibadah haji. Jangan biarkan perjuangan menjadi sia-sia “yang menghilangkan pahala haji”. Karena pahala haji mabrur tidak sebanding dengan surga.’

Jadi ungkapan haji pada dasarnya adalah pengingat bahwa kita telah menunaikan ibadah yang agung, kita punya surga di hadapan kita, jangan terkotori dengan maksiat. Jadi itu adalah ungkapan ingatkan, bukan kesombongan, lanjutnya.

Menyebutkan QS. Dalam Al-Baqarah ayat 197, Ustaj Adi Hidayat menegaskan bahwa menunaikan ibadah haji menuntut seseorang memiliki ketakwaan yang sangat kuat dan meningkatkan keimanannya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Jika seseorang lebih mementingkan gelar hajinya daripada keimanannya, maka pahala yang diterimanya dalam ibadah haji akan menjadi sia-sia.

“Dibekali saat haji, bekal terbaik adalah taqwa. Jadi jangan mencari gelar, karena ibadah tidak menghasilkan gelar,” kata Ustaz ad Hidayat.

Lebih lanjut beliau bersabda, “Yang paling banyak dianut dalam Ibadah adalah antisipasi Taqwa, karena tujuan setiap amalan Ibadah adalah untuk menunaikan Taqwa.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *