Titik Kumpul – Menjadi ibu di era digital seharusnya semakin mudah dengan bantuan teknologi dan berbagai informasi yang tersedia. Namun seiring dengan perkembangan tersebut, muncul tantangan baru yang tidak kalah besarnya, salah satunya adalah penghinaan terhadap ibu. Fenomena ini terjadi ketika seorang ibu dikritik atau dipermalukan atas cara dia membesarkan anaknya. Di Indonesia, kritik ini bisa datang dari banyak sumber – mulai dari keluarga, teman, bahkan orang asing di media sosial.
Sayangnya, rasa malu pada ibu seringkali dianggap normal dan tidak penting. Namun kritik tersebut dapat berdampak serius pada kesehatan mental sang ibu. Komentar negatif yang terus-menerus, baik secara langsung atau di media sosial, dapat merusak harga diri seorang ibu dan membuatnya merasa dirinya tidak cukup baik.
Di Indonesia, peran sebagai ibu seringkali terjadi tanpa ia sadari. Kritik terhadap pilihan untuk menyusui atau susu formula, memutuskan apakah akan bekerja atau menjadi ibu rumah tangga penuh waktu, dan bagaimana mendisiplinkan anak-anak semuanya bisa menjadi isu yang mempermalukan ibu. Ibu yang membutuhkan dukungan sering kali dikritik dan hal ini melemahkan kesehatan mentalnya. Banyak yang merasa stres, tertekan bahkan merasa gagal menjadi ibu karena komentar yang tidak baik.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk lebih memahami apa itu rasa malu pada ibu, pengaruhnya terhadap ibu dan bagaimana fenomena tersebut dapat dikurangi di lingkungan kita. Dengan pemahaman yang lebih baik, kita dapat berperan dalam menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi para ibu, baik di dunia nyata maupun di media sosial.
Secara sederhana, mother bashing adalah tindakan mengkritik ibu secara berlebihan atau menilai cara mereka membesarkan anak. Bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari komentar langsung hingga kritik tidak langsung di media sosial. Misalnya, ketika seorang ibu memposting foto anaknya sedang makan junk food, sangat sedikit orang yang mengomentari pola makan “tidak sehat” tersebut tanpa mengetahui keadaan sebenarnya.
Menurut psikolog klinis Indonesia, mother shaming termasuk dalam kategori perilaku verbal yang mempermalukan, yang dapat menyebabkan ibu merasa malu atau tidak percaya diri. Fenomena ini semakin parah karena banyak orang yang tidak menyadari bahwa komentarnya tidak terlalu membantu.
Di Indonesia, fenomena ini sangat umum terjadi di media sosial seperti Instagram, Facebook, dan TikTok. Para ibu juga bisa menderita karena keputusan yang dirasa salah oleh orang lain, meskipun setiap ibu memiliki pemikiran dan perasaannya masing-masing tentang Mom Shaming.
Ada banyak faktor yang berkontribusi terhadap meningkatnya rasa malu pada ibu, khususnya di Indonesia: tekanan sosial dan ekspektasi yang tinggi diharapkan dapat mengatur seluruh perannya sebagai pengasuh, istri, dan pekerja. Standar yang tinggi ini seringkali menimbulkan tekanan dan kritik pada ibu ketika mereka “tidak bisa” memenuhi harapan tersebut.
Dampak media sosial Media sosial merupakan ruang terbuka bagi setiap orang untuk berbagi dan mengekspresikan diri. Sayangnya, di sinilah tumbuh suburnya kesedihan ibu. Ibu-ibu yang memiliki gaya hidup atau pola asuh yang sama sering kali menjadi sasaran kritik, terutama jika cara yang mereka gunakan tidak sesuai dengan standar mainstream. Sebuah studi yang dilakukan Pew Research Center menunjukkan bahwa media sosial meningkatkan fenomena mother-shaming karena banyaknya komentar yang tidak bertanggung jawab. Budaya di Indonesia Di beberapa keluarga Indonesia, para ibu sering kali menghadapi ekspektasi tradisional bahwa mereka harus “sempurna” dalam berperan dalam mengurus keluarga dan anak. Jika berhasil, dianggap kurang ramah anak. Sebaliknya jika menjadi ibu rumah tangga dianggap tidak produktif. Dampak Mom Shaming terhadap Kesehatan Mental
Mother shaming berdampak serius pada kesehatan mental ibu. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stres psikologis yang terus-menerus dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental seperti stres kronis, kecemasan, dan bahkan depresi. Berikut adalah beberapa dampak umum dari rasa malu pada ibu: Stres berlebihan: Kritik terus-menerus membuat ibu depresi. Mereka merasa gagal dalam perannya sebagai ibu hanya karena tidak memenuhi harapan masyarakat atau keluarganya. Depresi: Ibu yang sering malu menjadi ibu, mis. terlalu kritis terhadap pola asuh anak, lebih besar kemungkinannya untuk mengalami gangguan kesehatan mental seperti depresi. Merasa tidak pantas dan tertekan oleh ekspektasi yang tidak masuk akal. Situasi ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan keluarga secara keseluruhan. Kurang percaya diri: Banyak ibu yang merasa kehilangan kepercayaan diri dalam mengambil keputusan sehari-hari karena takut dikritik. Hal ini menyebabkan mereka ragu dalam menjalankan perannya sebagai orang tua. Ibu Mempermalukan di Era Digital
Di era digital, khususnya di media sosial, fenomena penghinaan terhadap ibu semakin meningkat. Di platform seperti Instagram dan TikTok, komentar pedas kerap dilontarkan oleh orang asing yang merasa berhak berkomentar tentang cara seorang ibu membesarkan anaknya. Sebuah kejadian viral di Indonesia memperlihatkan seorang ibu dihujani komentar negatif hanya karena memutuskan untuk memberikan makanan siap saji kepada anaknya dalam keadaan darurat.
Anonimitas atau anonimitas online juga memperburuk keadaan. Banyak orang merasa bebas untuk mengkritik tanpa takut akan dampaknya terhadap orang yang dikritik. Fenomena ini dikenal dengan istilah bias online, dimana masyarakat merasa lebih bebas dan agresif dalam berbicara ketika merasa identitasnya dikaburkan.
Mengatasi rasa malu sebagai ibu bisa jadi sangat sulit, apalagi jika kritik tersebut datang dari orang-orang terdekat Anda. Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan para ibu untuk melindungi kesehatan mentalnya: Membangun rasa percaya diri: Ingatlah bahwa tidak ada cara yang benar atau salah dalam membesarkan anak. Setiap ibu mempunyai situasi yang berbeda-beda dan yang terpenting adalah melakukan yang terbaik untuk bayi dan keluarga. Hindari komentar negatif: Jika rasa malu terhadap ibu terjadi di media sosial, pertimbangkan untuk mengurangi waktu di media sosial atau memfilter komentar yang masuk. Anda dapat memblokir atau menghapus komentar yang melukai semangat Anda. Carilah dukungan sosial: Dukungan dari keluarga dan teman yang suportif penting untuk menjaga kesehatan mental. Bergabung dengan komunitas ibu yang positif juga bisa menjadi sumber dukungan yang baik. Konsultasikan dengan profesional: Jika rasa malu pada ibu sudah berdampak serius pada kesehatan mental, tidak ada salahnya berkonsultasi dengan psikolog. Psikolog klinis dapat membantu ibu menemukan cara untuk mengatasi stres dan ketegangan yang mereka alami.
Mother shaming merupakan masalah serius yang dapat membahayakan kesehatan mental seorang ibu. Itu sebabnya penting bagi kita semua untuk berhenti menghakimi dan membantu para ibu memenuhi perannya. Dengan lebih banyak empati dan kesadaran, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan mental para ibu.