Purbalingga, Titik Kumpul – Pertunjukan karnaval gabungan 18 desa melintasi Kecamatan Kaligondang, Purbalingga, Jawa Tengah, pada 31 Agustus 2024.
Sekitar 200 orang mengikuti prosesi yang terbilang paling lama ini, dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-79. Scroll untuk cari tahu apa saja keseruannya, yuk!
Slamet Santosa, aktivis Kie Art mengatakan, prosesi terpanjang ini mempunyai dasar yang kuat, karena merupakan reka ulang peristiwa sejarah Pahlawan Lokal Purbalingga yang bernuansa perang antara pasukan Mangkubumi dan pasukan Paku Buwono II. dalam perang Jenar. .
Tujuan mengenalkan kembali sejarah masa lalu adalah untuk mengenalkan kembali kepada generasi muda dan menghormati nenek moyang kita, kata Slamet dalam sambutannya yang dikutip Rabu 4 September 2024.
Istrinya, Gita Yohanna Thomdean, selaku direktur artistik dan penggiat Kie Art menambahkan, atraksi yang digelar Pemuda Kie Seni yang mewakili reka ulang Perang Jenar ini memiliki tujuan besar.
“Hal ini untuk mengingatkan bangsa Indonesia agar tidak sejajar, terpecah belah dalam perang saudara, tidak mudah dikalahkan satu sama lain dan selalu waspada terhadap penjajah yang kini hadir dalam berbagai bentuk di era sekarang ini. . Apalagi kolonialisme saat ini bisa datang dari bangsa itu sendiri,” jelas Gita.
Gita pun berharap prosesi karnaval ini tidak sekedar tontonan saja, namun bisa mengajak masyarakat untuk kembali mengevaluasi sejarah masa lalu.
Karena itu, terlihat dua pemuda desa yang mengenakan kebaya Jawa membawa ratusan gulungan surat yang dibagikan kepada masyarakat sekitar Arakan. Surat itu menceritakan tentang sejarah Ki Arsantaka, pendiri Kadipaten Purbalingga. Dahulu beliau mengenang, ada tinggi rendahnya suatu bangsa dalam kebudayaan nasionalnya, ujarnya.
Keaslian seni budaya Jawa juga terungkap dalam sulukan (lagu jawa) karya sesepuh desa Admin Budiarjo, dimana sulukan tersebut menceritakan kegagahan Ki Arsantaka dengan kepemimpinan yang bijaksana dan menjadi teladan bagi masyarakatnya.
Slamet Santosa menjelaskan, beberapa musik pengiring perang merupakan karya Remaja Kie Seni yang pemusiknya sangat beragam, mulai dari anak SD, remaja, hingga generasi muda.
Ilusi itu berakhir ketika Ki Arsantaka yang berada di Kecamatan Sugeng Riyadi membawa gulungan surat kepada Bupati Purbalingga yang di dalamnya terdapat harapan agar Kota Purbalingga mengangkat tokoh-tokoh daerah Purbalingga dalam peristiwa otentik sebagai sarana apresiasi. .