Awas, Pria Muda Lebih Rentan Hipertensi! Kenali Gejala dan Cara Pencegahannya

JAKARTA – Hipertensi merupakan suatu kondisi dimana tekanan darah tinggi atau lebih tinggi dari normal. Jika angka tekanan darah melebihi 130/90 mmHg, maka orang tersebut dikatakan menderita hipertensi.

Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) melaporkan prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 34,1%. Jumlah ini setara dengan kurang lebih 70 juta penduduk Indonesia.

Bicara soal tekanan darah tinggi, apakah kondisi ini diketahui lebih banyak diderita pria? Ini benar? 

Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Nefrologi dan Hipertensi, Dr. Dirjen. Nilasari, Ph.D., Sp.PD, KGH, menemukan bahwa pria di bawah usia 30 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan wanita, menurut sebuah penelitian di Indonesia. Begitu pula pada usia 30 hingga 59 tahun, pria juga memiliki risiko lebih tinggi terkena tekanan darah tinggi dibandingkan wanita.  Namun, pada usia 60 tahun, tekanan darah tinggi lebih sering terjadi pada wanita. 

“Iya jadi tergantung umur,” ujarnya dalam Hidup Sehat TVOne pada Rabu, 22 Mei 2024.

Di sisi lain, Dina mengatakan pria dan wanita berusia di atas 50 tahun berisiko terkena darah tinggi. Hal ini karena pembuluh darah menjadi lebih kaku seiring bertambahnya usia. Oleh karena itu, risiko tekanan darah tinggi lebih tinggi pada orang lanjut usia dibandingkan pada orang muda.

“Jadi tiap orang berbeda-beda, tapi penelitian menunjukkan kejadiannya lebih tinggi pada wanita pascamenopause yang berusia di atas 50-60 tahun,” lanjutnya.

Sementara itu, sakit kepala yang sering dikeluhkan orang lanjut usia mungkin berhubungan dengan gejala tekanan darah tinggi. Dina mengatakan, tidak sepenuhnya benar sakit kepala merupakan gejala darah tinggi.

“Tidak sepenuhnya benar kalau sakit kepala merupakan gejala tekanan darah tinggi,” ujarnya. Seringkali, kecuali tekanan darah Anda terlalu tinggi, Anda tidak akan mengalami gejala apa pun.

Maka Dina mendorong masyarakat untuk melakukan apa yang disebut pemantauan tekanan darah di rumah atau home blood pressure monitoring.

“Masyarakat diimbau untuk memeriksakan tekanan darahnya di rumah atau di rumah. Artinya perlu dilakukan pengecekan. Misalnya dulu dokter menganggap darah tinggi di atas 140-150, sekarang 130-140 dianggap tinggi, sehingga perlu diubah faktor risikonya dan gaya hidup juga diubah,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *