JAKARTA, Titik Kumpul – Proses persalinan meliputi beberapa tahapan seperti membuka rahim, membuka leher rahim), melahirkan bayi, mengeluarkan plasenta, dan memantau kondisi ibu selama satu jam setelah melahirkan. Jika pengeluaran plasenta sulit dilakukan, hal ini mungkin mengindikasikan retensi atau perlengketan plasenta.
Plasenta tertahan adalah suatu kondisi dimana plasenta tetap berada di dalam rahim dan tidak keluar dalam waktu 30 menit setelah bayi dilahirkan. Kondisi ini berbahaya karena dapat memicu komplikasi seperti infeksi dan pendarahan berlebihan yang menjadi penyebab utama perdarahan pasca melahirkan. Jika tidak ditangani dengan baik, plasenta akreta bisa berujung pada kematian Klik untuk informasi lebih lanjut!
“Setelah keadaan dipastikan dan kita evaluasi apakah masih ada sisa ari-ari. Akhirnya kita putuskan untuk melakukan tindakan seperti mengeluarkan ari-ari untuk membersihkannya, karena jika ada sisa bisa saja terjadi pendarahan lagi. Minggu, 8 Desember 2024 , di RSS Bunda, Jakarta Dalam konferensi Rusavantriani, Sp.
Plasenta sendiri merupakan organ yang terbentuk pada saat kehamilan, tugasnya mengantarkan makanan dan oksigen ke bayi serta mengeluarkan produk limbah dari darah bayi. Dalam keadaan normal, plasenta akan keluar secara alami beberapa menit setelah bayi lahir Namun, pada kasus retensio plasenta, plasenta baru akan meninggalkan rahim lebih dari 30 menit pascapersalinan.
Kondisi ini mengancam nyawa ibu yang melahirkan Meningkatkan risiko pendarahan hebat Kondisi ini disebut perdarahan postpartum primer (PPH). Jika proses pengeluaran plasenta memakan waktu lebih dari 30 menit, bisa saja terjadi pendarahan hebat.
Menurut American Kehamilan Association, salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan membersihkan plasenta dari semua infeksi, namun semakin besar kemungkinan masalahnya, semakin cepat ibu ingin menyusui. Sebagian obat masih tertinggal di dalam sistem tubuh, artinya obat tersebut ada di dalam ASI Pasien yang mengalami solusio plasenta memerlukan dukungan untuk menyusui bayinya.
Namun, jika Anda memilih untuk menggunakan anestesi, plasenta dan bahan lain yang tertinggal di rahim akan dikeluarkan secara manual. Setelah operasi, pasien akan diberikan antibiotik untuk mencegah risiko infeksi. Obat tambahan kemudian diberikan untuk membantu rahim berkontraksi