Titik Kumpul – Anda mungkin pernah mendengar istilah “sedentary lifestyle” bukan? Di Indonesia, khususnya di kota-kota besar, semakin banyak masyarakat yang melakukan gaya hidup ini. Entah pekerjaan kantoran yang mengharuskan duduk seharian atau kebiasaan bersantai di depan layar. Gaya hidup ini mungkin terlihat nyaman, namun nyatanya bisa berbahaya bagi kesehatan Anda.
Masalahnya, gaya hidup sedentary ini tidak hanya membuat Anda merasa malas, tapi juga bisa memicu masalah kesehatan yang serius seperti obesitas, penyakit jantung, bahkan gangguan mental seperti stres dan depresi. Banyak yang baru merasakan dampaknya setelah mengalami gangguan kesehatan. Jika Anda jarang bergerak, terlalu banyak duduk, dan kurang berolahraga, hal itu dapat memengaruhi kualitas hidup Anda.
Namun jangan khawatir, ada banyak cara yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi gaya hidup sedentary ini. Artikel ini akan membantu Anda memahami bahaya gaya hidup sedentary dan memberikan cara untuk tetap aktif meskipun jadwal Anda sibuk. Apa yang dimaksud dengan gaya hidup sedentary?
SEdentary Lifestyle atau gaya hidup sedentary adalah kebiasaan di mana Anda menghabiskan sebagian besar waktu Anda dengan duduk atau berbaring, tanpa banyak aktivitas fisik. Contohnya adalah aktivitas yang kita jumpai sehari-hari, seperti bekerja di depan komputer, menonton TV berjam-jam, atau bermain smartphone sambil duduk atau berbaring.
Gaya hidup ini menjadi semakin umum di era modern karena banyak pekerjaan dan tugas yang dapat diselesaikan dengan duduk. Sementara itu, kemajuan teknologi juga membuat segalanya menjadi lebih mudah tanpa perlu banyak bepergian. Ciri-ciri gaya hidup yang tidak banyak bergerak
Orang yang menjalani gaya hidup ini jarang melakukan gerakan yang berarti, seperti berjalan kaki atau berolahraga, sehingga tubuh kurang mendapatkan aktivitas fisik. Ciri utama gaya hidup sedentary adalah kebiasaan duduk dalam waktu lama, bekerja di depan komputer, menonton televisi, atau menggunakan smartphone.
Selain itu, gaya hidup ini sering kali dibarengi dengan screen time yang tinggi, di mana seseorang menghabiskan banyak waktunya di depan TV atau bermain ponsel. Dari segi energi, perilaku ini ditentukan oleh ekspektasi energi yang sangat rendah, biasanya saat seseorang sedang duduk, berbaring, atau tidur.
Postur tubuh yang buruk saat duduk, seperti mencondongkan kepala ke depan untuk melihat layar, dapat menyebabkan nyeri punggung dan leher serta merusak sendi leher. Parahnya, kebiasaan ini meningkatkan risiko obesitas, penyakit jantung, diabetes tipe 2, serta gangguan psikologis seperti stres, kecemasan, dan dampak kesehatan dari gaya hidup yang tidak banyak bergerak.
Seperti dilansir situs ALODOKTER, orang yang menjalani gaya hidup sedentary memiliki sedikit atau bahkan tidak melakukan aktivitas fisik. Kurangnya gerak ini menimbulkan berbagai risiko kesehatan, seperti: Menurunnya sistem kekebalan tubuh
Gaya hidup yang tidak banyak bergerak sering kali menyebabkan melemahnya sistem kekebalan tubuh, terutama jika dilakukan dalam jangka waktu lama. Penelitian menunjukkan bahwa kurangnya aktivitas fisik selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga membuat mereka yang jarang beraktivitas lebih rentan terkena infeksi dan penyakit. Memicu obesitas
Karena jarang bergerak, tubuh hanya membakar sedikit kalori sehingga lemak mudah menumpuk. Akibatnya, berat badan akan meningkat dan berisiko mengalami obesitas. Penelitian juga menunjukkan bahwa duduk lebih dari 8 jam sehari meningkatkan risiko obesitas. Peningkatan risiko diabetes tipe 2
Gaya hidup yang tidak banyak bergerak juga dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2 sebesar 112%. Hal ini disebabkan oleh resistensi insulin yang terjadi ketika tubuh jarang bergerak. Kondisi ini menyebabkan kadar gula darah tinggi sehingga meningkatkan risiko diabetes tipe 2
Gaya hidup yang tidak banyak bergerak juga berdampak buruk pada kesehatan jantung. Kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan tekanan darah dan kadar kolesterol, yang keduanya berkontribusi terhadap penyakit jantung. Tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah, sedangkan kolesterol tinggi menyumbat pembuluh darah sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung. Peningkatan risiko penyakit mental
Tak hanya fisik, gaya hidup ini juga memengaruhi kesehatan mental. Orang yang kurang aktif lebih rentan terhadap masalah seperti depresi dan kecemasan. Meski diperlukan lebih banyak penelitian, duduk atau berbaring terlalu lama membuat orang menjadi kurang bersosialisasi atau melakukan aktivitas yang disukai, sehingga lebih mudah mengalami depresi. Mengapa gaya hidup sedentary meningkat di Indonesia?
Gaya hidup sedentary menjadi lebih umum di Indonesia karena beberapa alasan utama: Perubahan pola kerja: Saat ini, banyak pekerjaan yang mengharuskan Anda duduk di depan komputer selama berjam-jam. Faktanya, bekerja dari rumah membuat kita kurang mobile. Ketersediaan layanan digital: Adanya layanan digital seperti e-commerce dan aplikasi pesan-antar makanan serta seringnya mengakses media sosial memudahkan kita melakukan banyak hal tanpa rumah. Ini mengurangi mobilitas kita. Urbanisasi dan kurangnya ruang hijau: Di kota-kota besar, ruang terbuka hijau untuk berolahraga semakin terbatas. Banyak orang yang lebih memilih menghabiskan waktu di dalam ruangan dibandingkan beraktivitas di luar ruangan. Bagaimana menghindari dampak negatif dari gaya hidup sedentary
Dikutip dari situs deputi3.kemenpora.go.id Mengubah kebiasaan tersebut bisa menjadi sebuah tantangan, apalagi jika Anda terbiasa dengan minim pergerakan. Namun, dengan beberapa langkah kecil, Anda bisa menjalani gaya hidup yang lebih aktif. Berikut beberapa tips untuk menghindari gaya hidup sedentary: Bangunlah dan bergeraklah setiap 30 menit dan usahakan untuk tidak duduk terlalu lama. Setiap 30 menit, cobalah untuk bangkit dari kursi dan bergerak, entah itu berjalan-jalan sebentar di sekitar rumah atau meregangkan otot. Dapat membantu meningkatkan sirkulasi dan mengurangi ketegangan otot akibat duduk terlalu lama. Pilih tangga daripada lift atau eskalator. Aktivitas sederhana seperti ini dapat meningkatkan jumlah langkah harian Anda dan membantu melatih otot kaki Anda. Berolahraga secara teratur Sediakan waktu untuk berolahraga setiap hari, minimal 30 menit. Anda tidak perlu melakukan olahraga berat. Aktivitas fisik ringan seperti jalan cepat, jogging, bersepeda atau melakukan yoga di rumah dapat membantu menjaga tubuh tetap aktif dan sehat. Jadwal olahraga yang teratur akan membantu Anda tetap lebih konsisten dalam menjaga kesehatan. Kurangi Durasi Layar Di era digital, kebanyakan orang menghabiskan banyak waktu di depan layar baik untuk bekerja maupun hiburan. Batasi waktu di depan komputer, ponsel, atau TV. Anda dapat menyetel alarm untuk mengingatkan Anda kapan waktunya istirahat dari layar dan melakukan aktivitas fisik. Terlibat dalam aktivitas aktif sehari-hari Salah satu cara terbaik untuk menghindari gaya hidup sedentary adalah dengan menambahkan aktivitas fisik ke dalam rutinitas harian Anda. Misalnya saja Anda bisa berkebun, membersihkan rumah, atau bermain dengan anak. Kegiatan seperti ini tidak hanya menyenangkan, tapi juga membuat tubuh tetap bergerak tanpa harus berolahraga secara formal.
Bahaya gaya hidup sedentary dapat menimbulkan risiko kesehatan jangka panjang. Untuk itu, kurangi waktu duduk dan tingkatkan aktivitas fisik. Dengan melakukan perubahan kecil namun konsisten, Anda dapat menjaga kesehatan fisik dan mental serta meningkatkan kualitas hidup Anda. Jangan menunggu sampai terlambat, bergeraklah sekarang!