JAKARTA, Titik Kumpul – Bim Wong resmi mengajukan gugatan cerai terhadap istrinya Paula Verhoeven di Pengadilan Agama (PA) Jakarta Selatan.
Dalam gugatannya, Baim meminta hak asuh Paula Verhoeven, sedangkan kuasa hukum aset Baim Wong, Fahmi Bachmid, mengatakan kliennya tidak melakukannya.
Kuasa hukum Baim Wong mengaku kecewa dengan kelakuan kliennya karena Paula Verhoeven tampak terburu-buru membicarakan aset tersebut.
Benar-benar mengejutkan kami. Putuskan sendiri, bagaimana orang yang tidak bercerai bisa bicara soal harta, kata Fahmi Bachmid pada Rabu, 16 Oktober 2024, dilansir Titik Kumpul.co.id.
Byomwong juga mengungkapkan hal serupa tentang istrinya yang berbicara tentang kekayaannya seperti itu.
“Saya juga bingung kenapa pembahasan aset dimulai padahal kami belum resmi bercerai,” kata Byam.
Ia juga mengatakan, Beum-Wong dan Paula tidak melakukan perjanjian pranikah, karena pada saat perjanjian itu berjalan, Beum belum memikirkannya.
“Saat itu Baim sedang jatuh cinta banget. Perjanjian pranikah bukan yang dia pikirkan,” ujarnya.
Menurut Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), perjanjian pranikah adalah perjanjian yang dilakukan sebelum atau pada saat menikah.
Fungsi perjanjian pranikah adalah untuk mengikat hubungan keduanya, dalam perjanjian ini calon suami istri mengelola hasil hartanya.
Perjanjian pranikah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) yang mengatur tentang sistem penyatuan harta antara suami dan istri pada saat perkawinan.
Pasal 139 KUH Perdata menyatakan calon suami istri dengan perjanjian pranikah boleh menyimpang dari aturan hukum harta bersama, sepanjang tidak bertentangan dengan kesusilaan, aturan umum, dan berbagai ketentuan yang berlaku.
Pasal 147 KUH Perdata menyatakan bahwa perjanjian pranikah harus dibuat dengan akta notaris dan harus mendahului perkawinan. Perjanjian pranikah mulai berlaku pada saat perkawinan dilangsungkan.
Manfaat perjanjian pranikah adalah untuk memisahkan harta, kewajiban dan melindungi kepentingan istri dan suami.
Perjanjian sebelumnya diperlukan jika:
1. Masing-masing pihak mempunyai usaha sendiri-sendiri, sehingga salah satu pihak yang lain tidak ikut serta apabila pihak yang lain bangkrut.
2. Salah satu atau kedua belah pihak mempunyai hutang sebelum menikah dan ingin membayarnya sendiri.
3. Apabila keduanya mempunyai penghasilan yang cukup tinggi.
4. Jika salah satu pihak mempunyai harta lebih.