Titik Kumpul Lifestyle – Desainer dan aktivis Niluh Djelantik mengungkapkan isi hatinya terhadap kampung halamannya di Bali yang saat ini dalam kondisi kritis. Karena banyaknya wisatawan yang datang untuk bekerja di Koh Preah.
Peristiwa terkini dan tersibuk terjadi saat orang asing (WNA) menabrak sejumlah penumpang di Kerobokan, Kuta Utara, Badung, Bali, pada Minggu malam, 9 Juni 2024, sekitar pukul 22.00 WITA.
Tak hanya menyentuh sepedanya, ia juga sempat melihat video bule tersebut menabrak Gerbang Perak Bali Mandara. Sebuah mobil berwarna kuning berhenti di gerbang keberangkatan internasional Bandara Ngurah Rai dan mengancam wisatawan yang melarikan diri.
Bule tersebut diketahui membawa truk tersebut menuju Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Bali. Lalu ada fenomena turis asing tak dikenal yang merenggut nyawa warga Bali.
“Bagi saya, Bali bisa kita buka untuk wisatawan karena musimnya berbeda-beda, tapi jalan keluarnya harus disaring.
Ia juga mencontohkan tindakan orang asing atau wisatawan mancanegara yang berani mendobrak tradisi dan budaya Bali. Ada pula yang menjadi tunarungu di tempat ibadah dan acara yang berhubungan dengan seks.
“Lebih dari biasanya. Terlalu banyak. Karena mereka seperti salah satu dari mereka, mereka memulai pertemuan terbuka yang mengarah pada pemimpin seksual,” kata Niluh.
“Ada sebagian wisatawan lugu yang menganggap Bali tempat yang aman dan menyenangkan sehingga mengikuti acara-acara kelas dan kalau dilihat secara kasat mata tidak cocok,” ujarnya.
Ia berharap wisatawan yang tidak patuh seperti dirinya mendapat hukuman setimpal agar tidak seenaknya lagi ke Bali. Dia mengatakan bahwa tidak mengizinkan wisatawan di bandara dan pelecehan terhadap wisatawan akan kembali terjadi.
“Reformasi yang signifikan, tindakan praktis, adalah satu-satunya cara kita bisa menyaring sikap wisatawan yang sedang berkembang, tidak hanya dalam mendobrak tradisi dan budaya, tapi juga mereka yang mencari pekerjaan,” ujarnya.
Ia menangis mengingat betapa ketatnya hukum di Indonesia terhadap warga negaranya, namun tidak terhadap wisatawan. “Mengapa kami kejam terhadap petani singkong karena kami kelaparan dan dipenjara selama setahun, jadi kami setuju dengan orang asing?” Dia berkata.
Niluh Djelantik berkata: “Saya selalu mengingatkan instansi pariwisata terkait, pemerintah Bali, Indonesia. Kita punya hukum, kita punya hukum yang harus dipatuhi.” “Kami akan menyelamatkan Bali lagi, rumah yang sangat dicintai, bagus, tapi tidak segila sekarang,” ujarnya.