Batavia, 16 Mei 2024 – Berbeda dengan Amerika Serikat, Indonesia sudah kebanjiran mobil asal China. Negeri Paman Sam berupaya menghalangi impor produsen mobil asal China ke Tanah Air dengan menaikkan tarif mobil listrik.
Dikutip Titik Kumpul Otomotif Reuters, Kamis 16 Mei 2014, Amerika menaikkan bea masuk secara signifikan yakni. empat kali lipat. Kalau sekarang bea masuknya dikenakan 25 persen, nanti dikenakan 100 persen.
Presiden AS Joe Biden yakin hal ini akan melindungi pekerja rumah tangga, mereka yang bekerja di industri mobil listrik. Ia menilai perjuangan saat ini tidak adil.
“Pekerja Amerika bisa bekerja lebih baik dan bersaing dengan siapa pun asalkan ada persaingan yang sehat. Namun jika terlalu lama, itu adalah persaingan yang tidak sehat. Kita tidak akan bisa membanjiri pasar kita dengan Tiongkok,” kata Biden.
Rencana ini juga muncul karena perang harga dengan mobil listrik China. Sejumlah negara industri, termasuk Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa, khawatir gelombang ekspor Tiongkok akan membebani produksi dalam negeri.
Mobil listrik China yang diimpor dari AS dikabarkan masih sedikit. Sementara itu, Tiongkok mengimpor 64.067 mobil AS pada tahun yang sama senilai US$1,45 miliar pada tahun 2021.
Kendaraan impor dari China dijual dengan merek Amerika, dipimpin oleh divisi General Motors. Saat ini terdapat empat lini kendaraan buatan China yang dijual di Amerika Serikat, yakni Ford, Lincoln Nautilus, Buick Envision, Polestar 2, dan Volvo S90 Sedan. Polestar dan Volvo bergabung dengan merek Cina Geely.
Namun, cakupan penuh dari tarif yang diberlakukan, termasuk tarif dan jumlah sektor yang terkena dampak, masih belum jelas. Gedung Putih menolak berkomentar mengenai masalah ini.
Pemerintah China langsung memprotes tindakan AS tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan Amerika Serikat (AS) salah dengan menaikkan tarif impor mobil listrik dari China hingga 100 persen.
“Merupakan kesalahan lain bagi AS untuk terus mempolitisasi masalah perdagangan dan menaikkan tarif barang-barang Tiongkok. Ini hanya akan menaikkan harga impor secara signifikan,” kata Wang Wenbin di Beijing, Tiongkok.