Jakarta – Inti dari kemitraan antara petani tebu dan pabrik gula adalah sistem bagi hasil yang menguntungkan kedua belah pihak.
Petani termotivasi untuk meningkatkan kualitas budidaya tebu karena berbanding lurus dengan kenaikan harga pabrik gula dan mempengaruhi tingkat kesejahteraan mereka.
Namun pabrik gula sangat terbantu dengan bahan baku tebu yang berkualitas tinggi, sehingga tidak hanya mempengaruhi kuantitas dan kualitas produksi gula, namun juga produktivitas pabrik.
Direktur Utama PTPN III (Persero) Moh Abdul Ghani menegaskan komitmen PTPN Group dalam mewujudkan swasembada gula nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani. Lantas, bagaimana cara meningkatkan kesejahteraan petani?
Menurut dia, harga gula tidak akan naik, namun produktivitas petani akan meningkat. Jika produktivitas petani meningkat dari saat ini 5 ton menjadi 8 ton, maka pendapatan petani akan melebihi barang lainnya.
“Semua ini memerlukan dukungan semua pihak. Mantan Perusahaan Gula PTPN sebagai pengelola kebun, Grup PTPN, mitra petani, perbankan dan mitra pendukung proses bisnis berjalan dengan baik. Ke depan, kita akan memperbaiki ekosistem gula sebagaimana tertuang dalam Perpres No. 40 “Tahun 2023 untuk mempercepat pencapaian swasembada gula,” kata pria yang juga merupakan Wali Amanat PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) ).
Sekadar info, SGN yang merupakan anak perusahaan PTPN III (Persero) menargetkan penghancuran tebu sebanyak 13,5 juta ton pada tahun ini dan menghasilkan 978.000 ton gula kristal putih (GKP) kualitas Standar Nasional Indonesia atau SNI.
Sasaran ini tidak ambisius, karena kami melihat SGN beroperasi dengan laba bersih positif yang mengesankan pada akhir buku tahun 2023. Hal tersebut diumumkan oleh Aris Tokharisman, CEO SGN.
“Melanjutkan transformasi grup PTPN, tahun lalu merupakan tahun pertama kami mengelola 36 pabrik gula yang semula berada di bawah pengelolaan gula PTPN. Padahal jumlah tebu mengalami penurunan akibat El Niño. Hasilnya, imbal hasil yang dicapai naik menjadi 7,19 persen atau “111,6 persen tahun-ke-tahun,” katanya.
Lanjut Aris, peningkatan indikator operasional ini berkontribusi pada pertumbuhan positif indikator keuangan. Pada tahun 2023, SGN mampu mencatatkan EBITDA hingga Rp 1,1 triliun dan laba bersih atau net profit positif.
Aris mengatakan strategi regionalisasi menjadi salah satu kunci keberhasilan SGN hingga tahun 2023. Selain itu, SGN dan mitra tebu berhasil mentransformasi skema kemitraan dari transaksi pembelian tebu menjadi sistem bagi hasil yang lebih saling menguntungkan.