Belanda, Titik Kumpul – Transformasi sistem pangan merupakan salah satu tantangan terbesar dunia saat ini. Perubahan iklim, tekanan sosio-ekonomi, dan meningkatnya kebutuhan pangan global menuntut keberlanjutan dan inovasi lunak.
Dengan latar belakang ini, generasi muda memainkan peran strategis sebagai agen perubahan melalui kontribusi nyata dalam penelitian. Program penelitian yang melibatkan mahasiswa tidak hanya menunjang penyelesaian studinya, namun juga menciptakan peluang solusi berbasis sains yang dapat diimplementasikan di masyarakat. Lanjutkan, oke?
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood) memberikan contoh bagaimana generasi muda dapat terlibat dalam transformasi sistem pangan melalui program Indofood Nugraha (IRN). Program ini senantiasa mendorong mahasiswa untuk mengembangkan penelitian berkualitas yang relevan dengan kebutuhan pangan Indonesia. Sejak pertama kali diluncurkan pada tahun 2006, IRN telah menerima lebih dari 7.000 proposal penelitian, yang menunjukkan minat mahasiswa untuk menyumbangkan ide-ide inovatifnya.
Ketua Program IRN sekaligus Direktur PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, Suaimi Suriady menjelaskan, tantangan besar yang dihadapi sistem pangan global, termasuk perubahan iklim dan tekanan sosial ekonomi, menuntut perubahan ke sistem pangan lunak.
Oleh karena itu Indofood terus mengajak dan mendorong generasi muda untuk terlibat langsung, membantu mereka melalui penelitian hingga menyelesaikan studinya, kata Suaimi.
Penelitian kritis berperan dalam membangun sistem pangan yang berketahanan dan inklusif. Generasi muda sebagai penggagas inovasi diharapkan mampu menciptakan solusi berbasis potensi lokal untuk menjawab berbagai tantangan. Program IRN, misalnya, telah mendukung berbagai penelitian yang berfokus pada pangan, bioteknologi, dan pertanian.
Salah satu bukti nyata kontribusi mahasiswa tersebut adalah empat penerima IRN Best Researcher Award 2023/2024 yang berhasil menghasilkan penelitian inovatif. Beberapa penelitian tersebut antara lain pengembangan pangan fungsional untuk mengatasi stunting, penggunaan biopestisida berbahan dasar gulma, dan inovasi bioplastik berbahan dasar minyak atsiri. Hal ini menunjukkan bahwa generasi muda memiliki potensi besar dalam menciptakan solusi berbasis sains yang aplikatif.
Suaimi Suriady juga menyoroti potensi pemanfaatan pangan lokal dalam transformasi ini.
“Pengembangan sistem pangan yang berbasis pada kekuatan dan kearifan penyedia jasa pangan lokal juga akan membuka peluang penciptaan lapangan kerja baru, memperkaya petani lokal, dan mendukung pembangunan ekonomi berbasis agribisnis yang lebih inklusif dan berkelanjutan,” kata Suaimi.
Program seperti IRN tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek terhadap prestasi akademik mahasiswa, namun juga mempunyai dampak jangka panjang terhadap sistem pangan nasional. Dengan bantuan bimbingan para ahli, mahasiswa dapat menghasilkan penelitian yang berkualitas dan relevan. Penelitian ini kemudian dapat menjadi landasan untuk mengembangkan strategi, inovasi teknologi, atau solusi praktis yang memperkuat ketahanan pangan nasional.
Pada Simposium Pangan Nasional yang digelar bersamaan dengan panel riset IRN, Suaimi mengangkat pentingnya kesadaran gizi di seluruh lapisan masyarakat.
“Kami percaya dengan memberikan akses yang lebih besar terhadap pangan bergizi dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama di negara-negara yang masih menghadapi tantangan besar dalam hal ketahanan pangan,” jelasnya.
Indonesia mempunyai potensi sumber daya alam dan kearifan lokal yang luar biasa, yang dapat dimanfaatkan untuk memperlancar sistem pangan. Dengan melibatkan generasi muda melalui penelitian, potensi tersebut dapat disalurkan menjadi solusi konkrit yang tidak hanya mengatasi permasalahan lokal, namun juga meningkatkan daya saing global. Program IRN membuktikan bahwa kerja sama antara industri dan perguruan tinggi mampu memberikan dampak positif yang besar.
Simposium Pangan Nasional yang juga diselenggarakan sebagai bagian dari acara IRN menyoroti pentingnya sinergi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku industri. Simposium ditutup dengan harapan agar diskusi dapat menghasilkan rekomendasi konkrit bagi transformasi sistem pangan.
“Saya berharap simposium ini dapat menjadi forum untuk menghasilkan dan merangsang diskusi yang tidak hanya membahas tantangan dan peluang pangan kita, tetapi juga menghasilkan rekomendasi yang dapat diimplementasikan dalam praktik,” kata Suaimi.