Bermodal 5 Gram Maggot, Kini Kelola 5 Ton Sampah Perhari

VIVA – Inovasi menarik jika berbicara tentang pengelolaan sampah organik yang efisien dan berkelanjutan adalah vermikultur. Belatung berperan penting dalam menguraikan bahan organik dan mengubahnya menjadi sumber daya yang berharga.

Seperti yang Anda ketahui, belatung merupakan larva lalat, khususnya lalat tentara hitam (Hermetia illucens). Cacing memainkan peran alami dalam ekosistem sebagai pengurai yang efisien.

Mereka dapat menguraikan bahan organik seperti sisa makanan, sisa pertanian dan sampah organik lainnya menjadi pupa, dan pupa menjadi lalat dewasa.

Pemeliharaan maggot dapat membantu mengurangi sampah organik dengan cara menguraikan bahan organik menjadi pupa dan pupa menjadi lalat dewasa.

Cacing juga merupakan sumber protein yang sangat baik dan dapat digunakan sebagai pakan ternak, terutama untuk unggas dan ikan. Mereka tinggi protein, lemak sehat dan nutrisi lainnya.

Kotoran dari cacing dewasa dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik berkualitas tinggi yang dapat meningkatkan kesuburan tanah. Maggot juga dapat diubah menjadi bioenergi berupa biogas atau bahan bakar lainnya.

Budidaya maggot juga dapat mengintegrasikan pengelolaan sampah organik ke dalam siklus yang lebih besar. Belatung membantu menguraikan sampah organik menjadi sumber yang dapat digunakan kembali seperti pakan ternak dan pupuk organik.

Selain itu, budidaya cacing dapat mengurangi tekanan pada tempat pembuangan sampah dan mengurangi pencemaran lingkungan

Dan budidaya cacing ini berhasil dilakukan oleh warga Arky Gilang Wahab, Banyumas, Jawa Tengah. Hal ini ia kaitkan erat dengan kekhawatirannya terhadap kondisi di sekitar rumahnya.

Permasalahan terbesar yang dihadapi warga Desa Banjaranyar adalah menumpuknya sampah di berbagai sudut desa. Hal ini menimbulkan bau tidak sedap di lingkungan yang pada akhirnya mengganggu aktivitas sehari-hari. Menyikapi permasalahan tersebut, Arky Gilang Wahab memutuskan untuk menggeluti peternakan cacing.

Arki bekerja sama dengan kakak iparnya untuk menjalankan program pengembangbiakan cacing ini. Mereka memulainya dengan sekitar 5 gram cacing dan memberi makan cacing tersebut dengan sampah yang mereka kumpulkan di desanya. Hasil budidaya cacing ini menghasilkan pupuk organik sebanyak 7 kilogram.

Adanya program pengembangbiakan cacing yang digagas Arki memberikan dukungan yang signifikan bagi pemerintah Banyumas. Menanggapi upayanya tersebut, pemerintah memberikan dukungan berupa tempat pencairan sampah kemudian dikumpulkan dan diolah di Single Waste Treatment Site (SST).

Sampah organik yang diangkut kemudian diubah menjadi limbah lumpur yang digunakan sebagai makanan larva cacing. Setelah melewati tahap ini, limbah lumpur diubah menjadi pupuk organik oleh cacing.

Awalnya program ini hanya fokus pada pengolahan sampah di sekitar rumah Arkin. Namun seiring berjalannya waktu, program ini berhasil mengolah hingga 5 ton sampah setiap harinya. Sampah berasal dari 5.500 rumah tangga dan 72 instansi pemerintah di Kecamatan Sumbang dan Sokaraja.

Arky Gilang Wahab berhasil meraih SATU Indonesia Awards 2021 bersama sejumlah tokoh inspiratif lainnya atas program inspiratifnya bertajuk Sistem Konversi Sampah Organik Total untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan.

Di era ketidakpastian lingkungan saat ini, inovasi seperti peternakan cacing memang merupakan langkah positif menuju lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan. Dengan pendekatan cerdas dalam pengelolaan sampah organik, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan mengurangi dampak negatif dari pembuangan sampah yang tidak terkendali.

Baca artikel edukasi menarik lainnya melalui link ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *