Berontak, Sejumlah Besar Tentara Israel Ogah Balik ke Perang Gaza

Titik Kumpul – Belum ada tanda-tanda konflik bersenjata di Jalur Gaza di Palestina akan berakhir. Sepanjang 381 hari perang, nampaknya banyak tentara Israel yang sangat lelah dan tidak ingin kembali ke medan perang.

Selain kelelahan, banyak anggota Pasukan Pertahanan Israel (IDF) juga merasa kecewa ketika komando pusat memutuskan memperluas wilayah konflik hingga ke Lebanon. 

Berdasarkan laporan yang diterbitkan Titik Kumpul Military Middle East Eye, puluhan orang tua tentara Israel mengungkapkan kekecewaannya kepada anak-anaknya dalam perang yang dianggap sia-sia.

Salah satu yang meninggalkan banyak anggotanya adalah Brigade Nahal ke-933 Komando Selatan IDF. Sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023, pasukan ini telah dikerahkan setidaknya 11 kali dalam lima minggu.

Namun saat dikirim untuk kesebelas kalinya, anggota brigade ini hanya tersisa enam orang dalam satu peleton yang harus diperkuat dengan 30 orang. Banyak tentara Israel di unit ini tidak ingin kembali menjadi tentara.

“Saya menyebutnya penolakan dan pemberontakan. Mereka kembali ke gedung yang sama yang telah mereka bersihkan, hanya untuk terjebak lagi.” – kata Inbal, ibu salah satu prajurit Brigade Nahal K-933.

“Di lingkungan Zaytoun (Gaza), mereka berada di sana tiga kali. Mereka paham itu sia-sia dan tidak berguna,” kata Titik Kumpul Military dari HaMakom mengutip ucapannya. 

Sementara itu, Eidit, salah satu orang tua tentara Israel, juga mengomentari situasi tersebut. Menurutnya, situasi yang tidak menentu dan belum adanya sinyal berakhirnya perang menjadi faktor yang justru memusnahkan tentara Israel.

“Yang membunuh mereka adalah kondisi dan lamanya pertempuran yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Anda tidak pernah tahu kapan Anda akan keluar, dan sudah seperti ini selama setahun,” kata Eidit.

Tentara Israel telah mempublikasikan nama lebih dari 750 tentara yang tewas sejak perang dimulai Oktober lalu, termasuk lebih dari 350 orang yang tewas dalam operasi darat di Gaza. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *