JAKARTA – Indonesia terus memerangi tuberkulosis (TB) dengan angka yang tinggi sehingga menjadikannya salah satu dari delapan negara dengan beban TBC tertinggi di dunia. Faktanya, Indonesia menyumbang sekitar 10% dari seluruh kasus TBC di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun upaya pengendalian tuberkulosis telah dilakukan, permasalahan tuberkulosis di Indonesia masih serius dan memerlukan perhatian serius.
Untuk mengatasi masalah ini, Hari TBC Sedunia, yang diperingati setiap hari pada tanggal 24 Maret, merupakan pengingat penting akan kebutuhan mendesak untuk memerangi TBC. Salah satu hasilnya adalah diterbitkannya pedoman Forum Kemitraan Manajemen Dunia (WKPTB). Dokumen ini disusun tidak hanya oleh lembaga pemerintah seperti Departemen Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Kesehatan, namun juga oleh berbagai lembaga swadaya masyarakat seperti USAID LEAP, Indonesia Stop Tuberculosis Partnership (STPI), Yayasan Bakri Center (BCF). ). ), dan banyak lagi.
Panduan ini menyajikan delapan prinsip panduan yang mencakup berbagai aspek pengendalian tuberkulosis, mulai dari koordinasi hingga pemantauan dan evaluasi. Hal ini menunjukkan pentingnya dan intensitas upaya yang diperlukan untuk menurunkan angka kejadian tuberkulosis di Indonesia. Selain itu, keberadaan panduan ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi daerah-daerah yang akan bekerjasama dalam memerangi tuberkulosis.
WKPTB sendiri merupakan organisasi dengan 58 mitra yang terdiri dari lembaga pemerintah dan non pemerintah. Termasuk di dalamnya 7 kementerian/lembaga dan 51 lembaga swadaya masyarakat termasuk akademisi, dunia usaha, LSM, dan media. Kolaborasi seperti ini sangat penting dalam mengatasi masalah tuberkulosis yang kompleks, karena setiap sektor mempunyai kemampuan dan keahlian yang berbeda.
R. Budiono Subambang, Plt. Menteri Perencanaan Pembangunan Manusia dan Kebudayaan prof. Muhajir Effendi dalam sambutannya menyampaikan bahwa penyusunan “Pedoman Kerja Sama Percepatan Penanggulangan Tuberkulosis” merupakan langkah penting untuk mendorong pengembangan dan penguatan hubungan antara pusat dan berbagai daerah, serta mengundang mitra WKPTB, kementerian, departemen untuk turut serta. daerah sekitarnya. pemerintah menyebarkan rekomendasi ini secara luas.
“Dengan jumlah batch yang lebih banyak dan kerja keras, kita bisa mempercepat pencapaian tujuan pemberantasan tuberkulosis. upaya dan sumber daya yang diberikan dapat diperoleh,” jelas Budiono.
Peran pemerintah daerah juga penting dalam upaya pengendalian tuberkulosis. Oleh karena itu, pedoman ini juga disebarluaskan kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait. Kami berharap dengan melibatkan banyak pihak, upaya pemberantasan TBC akan menjadi lebih efektif dan menyebar lebih luas ke seluruh Indonesia.
Selain peluncuran buku, acara lain seperti bazar juga diadakan untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan antar mitra WKPTB. Hal ini merupakan langkah positif dalam mengembangkan kerja sama dan berbagi pengetahuan dalam memerangi tuberkulosis.
Selain itu, WKPTB juga berperan penting dalam mendukung program TBC yang sudah ada seperti program Leadership Experience and Development (LEAD Indonesia) dari Yayasan Bakri Center. Program ini telah berhasil meningkatkan kapasitas pekerja sosial dalam pencegahan tuberkulosis di berbagai wilayah Indonesia.
Kami berharap melalui berbagai upaya tersebut, Indonesia dapat terus mempercepat sistem pengendalian TBC untuk mencapai tujuan eliminasi TBC pada tahun 2030. Pedoman yang dikeluarkan oleh WKPTB merupakan alat penting untuk mencapai tujuan tersebut karena memberikan arahan dan bimbingan kepada seluruh peserta. . dan perang melawan tuberkulosis. Semakin banyak orang yang terlibat dalam intervensi, semakin besar peluang keberhasilan mengatasi masalah TBC di Indonesia.