Betrand Peto Sulit Adaptasi dan Gak Pede saat Pertama ke Jakarta: Ketemu Artis Aku Dekil Banget

NTT – Betrand Peto, putra Ruben Onsu dan Sarwendah, masih berada di kampung halamannya di Nusa Tenggara Timur (NTT). Saat Betrand Peto pulang, ia tampak disibukkan dengan rutinitasnya. Baru-baru ini, ia menghadiri acara pengumuman juara dan penyerahan hadiah Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2024 di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, pada Rabu, 22 Mei 2024. 

Bersama ayah kandungnya, Ferdi Peto dan manajernya, remaja bernama Onyo ini berkesempatan memberikan pengenalan singkat dan bercerita tentang pengalamannya memasuki dunia selebriti. Scroll untuk melihat cerita lengkapnya, yuk!

“Bagi yang menang (OSN), kalau bisa menang tidak hanya di Manggarai tapi juga di Indonesia,” kata Onyo memberi semangat.

Ia berharap para pemuda Manggarai memiliki jiwa berprestasi dan inovatif sehingga tidak kesulitan bersaing dan mengadu nasib di luar negeri.

“Pemuda Manggarai pasti bangga dengan kita, bapak-bapak sekalian pasti bangga. Dan saya ingin sampaikan, para pemuda di sini dan yang seusia saya terus mencoba hal-hal baru. Tetap semangat, karena kalau kita misalnya kalau kita gagal hari ini, mungkin kita berhasil besok,” tutupnya. 

Pelantun ‘Sahabat Kecil’ itu juga mengaku sempat tidak percaya diri saat pertama kali menjadi penyanyi baru di Jakarta.

“Saya mau bilang Tuhan, hebat karena saya merasa tidak percaya diri saat pertama kali ke Jakarta. Karena saya jorok bapak ibu, jorok waktu ke Jakarta (dulu banget waktu itu. Saya pergi ke Jakarta) untuk bertemu dengan artis berprestasi “Saya selalu senang bertemu dengan para penggemar. Senang rasanya Tuhan mempertemukan saya dengan keluarga saya di sana (Ruben Onsu dan Sarwendah),” ujarnya.

Berbicara kepada Titik Kumpul usai acara OSN, Betrand Peto mengaku kesulitan berbicara bahasa Indonesia saat mulai belajar di Jakarta. Pasalnya, penggunaan bahasa daerah (Manggarai) sangat dominan pada seluruh karyanya yang terbawa sejak kecil hingga Betrand pindah ke sekolah menengah di Jakarta pada tahun 2019. .

Sejak itu, kemampuan bahasa Indonesia dan dialek Betrandnya semakin meningkat. Ruben Onsu dan Sarwendah bahkan harus menyewa guru privat khusus bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan bicara Betrand agar lebih lancar.

“Karena di situ dari mama (Sarwendah) dia belajar bahasa Indonesia. Minta dia kasih timer. Kalau timernya belum habis, jangan berhenti, tapi terus ngomong dan pakai bahasa Indonesia, ingat bulannya pasti tahu,” kata Betrand.

Kursus bahasa Indonesia yang diikutinya semakin meningkatkan kemampuan bahasa Indonesianya. Sebelum tamat SMA, Betrand juga belajar bahasa Inggris secara mandiri. 

Ruben dan Sarwendah Betrand kemudian mendaftar di sekolah menengah internasional yang seluruh kegiatan di sekolah tersebut menggunakan bahasa Inggris. Saking semangatnya, Betrand perlahan beradaptasi meski bahasa Inggrisnya masih utuh.

“Kalau masuk SMA di Morning Star Academy, itu sekolah yang berbahasa non-Indonesia. Jadi harus ngomong bahasa Inggris dan presentasi dalam bahasa Inggris. Misalnya kalau boleh kemana pun kita punya gurunya. Contoh: “Jika kita mengisi soal dalam bahasa Indonesia maka kita tidak akan mendapat nilai, begitu pula dengan olahraga. Artinya kita harus menggunakan bahasa Inggris setiap hari di sekolah,” kata Betrand.

“Kalau salat subuh misalnya harus pakai bahasa Inggris. Etan (Betrand) juga harus belajar memimpin salat dalam bahasa Inggris. Karena bahasa Inggrisnya kurang bagus, dia masih belajar, tapi karena setiap Harinya teman-teman di sekolah semuanya bule, “Jadi bahasa Inggris Etan mulai membaik dan dia bisa kalau lagi presentasi,” lanjutnya.

Laporan: Jo Kenaru.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *