Bisa Picu Kanker, Ini Biang Kerok Penyebab Tingginya Kadar Bromat dalam Air Minum Kemasan

VIVA Lifestyle –  Keberadaan senyawa bromat pada air minum kemasan bergantung pada lokasi sumber air yang digunakan. Biasanya, senyawa bromat ini ditemukan dalam jumlah besar pada air minum kemasan yang sumber airnya terkontaminasi limbah industri atau pabrik.

“Kalau tidak ada polusi, maka tidak ada bromida di air minum. Tapi karena di sekitar sumber air ada limbah industri yang mengandung bromida, maka air kemasan dari sumber itu bisa saja mengandung bromida,” kata Dr. Handajaya Rusli, dosen kimia Bangang. Institut Teknologi (ITB) dalam keterangannya, Kamis, 4 April 2024. Simak selengkapnya.

B menjelaskan, senyawa bromat ini muncul akibat ozonisasi unsur bromida.

“Jadi kalau ada bromida dan ditambah ozon, ada peluang terbentuknya bromat,” ujarnya.

Oleh karena itu, jika sumber air minum dalam kemasan berada di dekat pabrik yang menggunakan bromida dan limbahnya langsung dibuang ke sungai, ada kemungkinan air kemasan dari air tersebut mengandung bromat.

“Kalau pabriknya pakai bromida dan dibuang langsung ke sungai, mungkin ada senyawa bromida di dalamnya. Tapi, misalnya dari tanah asli, mungkin tidak ada senyawa bromida,” ujarnya.

Departemen Kesehatan Negara Bagian New York menyatakan bahwa konsumen yang terpapar bromat tingkat tinggi mungkin berisiko lebih tinggi terkena kanker. Dalam penelitian pada hewan di laboratorium, paparan jangka panjang terhadap bromat tingkat tinggi telah terbukti menyebabkan penyakit ginjal. Paparan bromat dalam jumlah besar dalam waktu lama menyebabkan kanker, diuji pada tikus.

Oleh karena itu, produsen makanan dan minuman wajib melaporkan kandungan bromat secara berkala.

Departemen Kesehatan Negara Bagian New York menyatakan bahwa setiap air mineral pasti memiliki kandungan brom dalam jumlah tertentu. Namun karena air minum dalam kemasan mengandung bromat, maka ditetapkan batas aman kandungan unsur tersebut dalam air mineral untuk mengurangi risiko penyakit kanker.

Bromate dikatakan sangat berbahaya. Beberapa orang yang mengonsumsinya dalam jumlah besar mengalami gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, diare, dan sakit perut. Tidak hanya itu, beberapa orang yang mengonsumsi brom dalam jumlah besar dapat mengalami gangguan ginjal, sistem saraf, dan pendengaran.

Tubagus Hario, Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), mengatakan YLKI berprinsip bahwa semua makanan dan minuman yang beredar di masyarakat harus memiliki tingkat kesehatan yang tinggi. Menurutnya, Elkiki mengingatkan bahwa transparansi informasi mengenai kualitas dan keamanan produk air minum dalam kemasan sangat penting untuk perlindungan konsumen.

Oleh karena itu, kami mendesak BPOM untuk meningkatkan pengawasan terhadap industri yang menghasilkan produk yang tidak memenuhi standar aman seperti kandungan bromat, ”ujarnya.

Selanjutnya, BPOM harus mengeluarkan rekomendasi kepada pelaku usaha untuk mematuhi standar produk yang ketat untuk menjaga kualitas produk dan keamanan konsumen.

“Kami juga menghimbau konsumen untuk lebih selektif dalam memilih produk air minum dalam kemasan dan teliti membaca informasi pada label,” ujarnya.

Oleh karena itu, menurutnya, BPOM perlu membenahi dalam regulasi apa saja yang harus dimasukkan dalam kandungan bromat dalam standar keamanan pangan.

Hal serupa juga disampaikan Ketua BPK Muhammad Mufti Mubarok. BPOM telah meminta penyelidikan laboratorium independen segera untuk memverifikasi kebenaran laporan publik ini.

“Kami meminta BPOM segera melakukan uji laboratorium terhadap laporan masyarakat dan harus dilakukan secara mandiri tanpa campur tangan produsen,” ujarnya.

BPOM juga menyatakan akan mewajibkan produsen AMDK untuk mencantumkan kadar bromat pada labelnya.

“Kami minta bromat ini diberi label juga agar masyarakat tidak curiga,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *